16 Tahun Bakor PKP-1: Ngesuhi Perantau Gaya Prof Bedjo

oleh -584 Dilihat
oleh

Bulan ini, Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP) genap berusia dwi windu. Rentang panjang 16 tahun mengabdi untuk mengumpulkan para perantau Kulon Progo di Jakarta dan sekitarnya. Saat ini, tidak kurang 60 paguyuban dan alumni bernaung di Bakor PKP.

Dan, sosok yang perannya sangat sentral dalam ngesuhi atau merekatkan para perantau adalah Profesor Bedjo Suyanto. Inilah tokoh sepuh yang tak pernah rapuh jika urusannya untuk Kulon Progo.

Jenjang pendidikannya dirampungkan dengan tidak mudah, sejak lulus Sekolah Rakyat (SR) Sermo II tahun 1963. Lalu SMP Pantja Daja Kokap (1967).  Lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Wates tahun 1970, Anggota Dewan Pembina Bakor PKP ini, masuk  PGSLPN Jogyakarta.

Bedjo Suyanto mendapat gelar  S1 tahun 1986 dari  IKIP Jakarta. Jenjang S2 dirampungkan di kampus yang sama meski namanya sudah menjadi  Universitas Negeri Jakarta yang dilanjutkan di KPK Padang. Tahun 2003, Bedjo mendapat gelar doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta.

Lahir di Kalibiru, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Prof Bedjo adalah sosok penting perantau Kulon Progo yang mampu meretas langkah, hingga ke pentas nasional. Pria kelahiran 16 Maret 1951 itu, dikenal luas sebagai pendidik. Puncak karirnya terjadi saat menjadi Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Tidak hanya sekali, Prof Bedjo bahkan dua kali memimpin universitas yang dulu dikenal sebagai IKIP Jakarta itu. Periode pertama, antara tahun 2004 hingga 2009. Lalu terpilih kembali untuk periode 2010-2014.

Perjalanan hidup Bedjo hingga memuncak dalam skala nasional, tentu saja tidak mudah. Sama seperti umumnya perantau, ia mengawali hari-harinya di Jakarta dengan tidak lunak. Tahun 1972, ia bahkan pernah menjadi kuli bangunan.

Besar di lingkungan IKIP Jakarta atau UNJ, hingga menjadi rektor, Bedjo Suyanto melewati berbagai penugasan. Pada  1990-1992 misalnya, ia menjadi Sekretaris Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Jakarta. Lalu 1996-1997 diangkat sebagai Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Jakarta.

Pada akhir masa jabatan sebagai Ketua Jurusan, Bedjo diangkat menjadi Pembantu Dekan I FIB IKIP Jakarta (1997-2001) yang dilanjutkan menjadi Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat, Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Titik baliknya, kemudian mampu mengubah seluruh jalan hidupnya terjadi saat Bedjo Suyanto memutuskan keluar dari pegawai negeri. Keputusan itu diambil, karena ada tawaran menjadi dosen (yang dalam bayangannya) akan diangkat menjadi PNS juga. Dan, benar. Di sanalah Bedjo menemukan dunianya. Dunia pendidikan yang setia digeluti hingga kini.(bersambung)