Nunggu Tahun Baru Bareng Masjiok di Cakruk Protelon

oleh -129 Dilihat
oleh

Sudah jam sembilan malam. Suasana Jombokan agak meriah, meski tetap kalah meriah dengan acara di televisi. Lekgawin menuju cakruk protelon. Ini tempat legendaris di pedukuhan Jombokan, bahkan sejak zaman dahulu kala. Nyaris semua generasi desa, pernah merasakan senangnya duduk-duduk ngobrol ngalor-ngidul, berbagi info, atau sekadar udut-udut.

Malam terus beranjak, suara petasan mulai  terdengar sayup dari kejauhan. Tapi suasana di cakruk protelon tak berubah, seperti itu sejak zaman lampau: meriah dengan caranya sendiri seperti tak terpengaruh pergerakan zaman dan kemajuan Jombokan yang bertambah meriah.

Lekgawin adalah seorang perantau yang sukses. Di Jakarta, ia berhasil ‘menjadi orang’. Selain bekerja di sebuah perusahaan kargo berkelas dunia dengan jabatan bagus, ia juga membangun usaha di rumahnya di sekitaran Cipinang. Setiap pulang kampung, Lekgawin selalu menyempatkan diri ke cakruk.

Dan, malam ini, seperti yang selalu terjadi, ia bertemu dengan Masjiyok, Lekdirjo, Lekparlan, dan Mbaharso. Regeng dan membuat rindu untuk selalu mengunjunginya. Semua orang yang meninggalkan Jombokan untuk kemudian mencari penghidupan di kota-kota besar, pasti akan merindukan cakruk.

“Ya memang kalau pulang pasti nongkrong di sini. Seperti zaman dulu waktu masih di rumah. Suasananya juga tidak berubah, konco-konco juga tidak berubah, yang diomongkan juga tetap sama. Yang berubah hanya umur yang semakin tua,” kata Lekgawin.

Berada di pertigaan, tempat paling strategis di Jombokan, cakruk protelon menjadi abadi, karena semua generasi desa dibesarkan di sini. Jika datang dari arah timur, setelah protelon jika lurus menuju Pasar Jombokan, kalau belok kiri dan lurus menuju Kokap. Nah posisi protelon ada di pojokan sebelah kiri arah Kokap itu tadi. Cakruk protelon persisinya di dekat rumah Lekdirjo.

“Semua yang dibesarkan di Jombokan, mengenal cakruk ini. Dari yang sudah senior sekali sampai generasi 90an. Hanya sayang, generasi yang lebih muda, sudah memiliki tempat tongkrongan lain. Hanya sesekali ada yang duduk-duduk sampai malam di cakruk protelon,” jelas Masjiyok yang kumisnya legendaris itu.(joy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.