Darmanto Jt, Penyair yang Saya Kenal…

oleh -195 Dilihat
oleh

Kabar mengejutkan datang dari Semarang. Sastrawan kondang, Darmanto Jatman, menghembuskan nafas terakhir. Tadi sore, jam lima, penyair kebanggaan Jawa Tengah ini, meninggal di RS dr Kariadi Semarang.

Usianya 75 tahun. Kondisinya sudah sakit-sakitan sejak terserang stroke sejak beberapa tahun belakangan ini. Meski masih aktif, sastrawan senior ini, sudah membatasi diri. Hanya saja, para sahabat, yunior, serta mahasiswanya mengalir ke rumahnya.

Saya mengenal Kang Darmanto, saat masih menjadi wartawan pemula. Setiap pria kelahiran 16 Agustus 1942 ini ke Jakarta, selalu bertemu. Yang menarik darinya adalah cara berbicaranya yang sesumeh orangnya.

Komunikasi yang cukup intensif terjadi saat, Darmanto Jt, kami minta menulis kolom khusus. Saat itu, hari-hari menjelang kejatuhan Orde Baru. Kolom yang kami minta tuliskan berjudul Senjakalaning Cendana. Muncul setiap hari, dan laris dibaca orang.

Tulisannya memang menarik. Memotret kehidupan keluarga Pak Harto yang sedang memasuki fase senja kekuasaan. Setiap sisi kehidupan keluarga Cendana ditelaah dengan pendekatan orang Jawa. Kadang didekati dengan wayang, kadang dibedah dengan pisau babad dan buku-buku tua.

Suatu kali, budayawan yang menjadi panutan seniman-seniman muda ini, berhalangan menulis. Sementara itu, kolom tidak bisa libur. Terpaksa, saya yang mengisi kolom itu dengan memakai nama Darmanto Jatman. Beberapa seri saya tulis sampai beliau kembali bisa mengisinya.

Dengan harap-harap cemas, karena takut salah dan tulisannya tidak sesuai, saya mengaku. Mengakui bahwa selama kang Darmanto berhalangan menulis, saya yang menggantikan. Beruntung, saya senang nonton wayang, jadi bisa menulis yang agak dimirip-miripkan dengan tulisan Kang Darmanto, meski mustahil tulisan itu mirip benar. Mereka yang terbiasa membaca tulisan beliau, pasti akan merasa aneh, saat membaca tulisan saya yang memakai nama Darmanto Jt.

Dan, beruntunglah. Darmanto Jatman adalah tipe orang Jawa yang sangat rendah hati. Saat saya bloko-suto mengatakan menggantikan beliau menulis, jawabannya hanya senyuman. “Ha gene bisa nulis sendiri. La diteruskan saja,” katanya, entah memuji atau sebenarnya mangkel di dalam hati.

Di kalangan sastrawan, penggiat seni, atau wartawan kebudayaan, Darmanto Jatman memang dikenal murah senyum. Nyaris tidak pernah marah. Ia lahir di Jakarta, tetap besar di Jogjakarta. Setelah lulus SMA tahun 1960, Darmanto masuk Fakultas Psikologi UGM.

Dari tahun 1969, Kang Darmanto menjadi Dosen STSRI Jogja dari 1969. Ia memutuskan berhenti tahun  1972 karena harus hijrah ke Amerika untuk sekolah di  Basic Humanities East West Center University of Honolulu, Hawaii (1972-1973).

Pada tahun 1977, Darmanto Jt menempuh pendidikan Pasca-Sarjana Bidang Sosiologi UGM. Tahun itu pula ia terbang ke London untuk merampungkan studi Perencanaan Pembangunan di University College, London selama satu tahun.

Pada tahun 1975, Darmanton Jatman menerbitkan kumpulan sajak berjudul Bangsat. Setahun kemudian, terbit lagi buku berjudul Sang Darmanto. Tapi yang paling diingat publik sastra tentu saja bukunya yang berjudul Ki Blakasuta Bla Bla yang terbit pada 1980. Kini, penyair yang saya kenal cukup dekat itu, pulang membawa semua kenangan. Sugeng tindak Kang.(kib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.