Sugeng Tindhak Bopo MT  MT Arifin

oleh -337 Dilihat
oleh

Rabu, 9 September 2020, menjadi hari berduga bagi para penggiat budaya. Sebab hari itu, budayawan dan penggiat perkerisan, MT Arifin meninggal dunia.

Lahir di Kebumen Jawa Tengah, 21 Januari 1956, Bopo Arifin  menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Solo, jam 11 siang. Bagi masyarakat Kebumen, MT Arifin adalah tokoh kebanggaan. Juga bagi masyarakat perkerisan di Kebumen, karena termasuk sesepuh Perkumpulan Tosan Aji Brajabumi.

Tidak sakit, menurut Mudji Wahyono, kakak ipar beliau. Tapi memang, Arifin sudah empat tahun ini, harus cuci darah. Selama empat tahun itu, rutin, tidak pernah terlambat. Tapi sepekan sebelum wafat, cuci darahnya terlambat. Barangkali itu yang membuatnya langsung ngedrop.

Siang tadi, diiringkan sahabat dan kerabat, Arifin dikebumikan di TPU Bonoloyo Solo. Sahabatnya banyak, berasal dari berbagai kalangan.  Sebab, selain dikenal sebagai budayawan, penggiat tosan aji, MT Arifin juga menjadi salah seorang pengamat politik dan militer yang terpandang.

Lulusan SD di Sarwogadung, Mirit, Kebumen tahun 1967 itu, memang seorang akademisi yang mumpuni. Wajahnya banyak menghias media, sebagai tokoh yang analisa politiknya jernih.

Alumni Jurusan Ilmu Sejarah IKIP Jogjakarta ini, juga melakukan banyak penelitian tentang budaya, sejarah, politik dan keris. Semasa hidupnya, sudah banyak buku yang ditulis, termasuk Babad Salakarta (1998).

Selain kuliah di IKIP Jogja, Arifn meneruskan kuliah di  Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Dari sinilah karirnya sebagai dosen dimulai. Misalnya saja, Dosen tetap Universitas Muhammadiyah Surakarta (1982-1992) serta Dosen STIE Surakarta (1996-2000).

Karir Arifin terentang di banyak bidang. Salah satunya pernah  masuk dalam Dewan Sospol di Kodam IV/Diponegoro (1996-1998). Setelah itu, menjadi staf khusus Menteri Sekretaris Negara hingga Oktober 1999.

Pernah menjadi Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE Surakarta (1999-2000), MT Arifin juga dipercaya menjadi  Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta (1988-1992). Sebelumnya, penulis buku berjudul Aktualitas Struktur Ajaran Islam (1984) itu menjadi  Sekretaris Pembantu Rektor III Universitas Muhammadiyah Surakarta (1984-1987).

Rentang karir Arifin juga tercetak di dunia jurnalistik.  Anggota Tim Pembina Kemahasiswaan PTM Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah (1986-1993) itu, pernah menjadi Redaktur Harian Masa Kini (1988). Lalu, Redaktur Majalah Akademika (1986-1992).

Dari wilayah edarnya yang luas, MT Arifin memiliki jaringan yang sangat bagus hingga tingkat nasional. Tapi menurut Mudji Wahyono, adik iparnya itu lebih banyak menekuni dunia keris, sejak jatuh sakit. “Sejak sakit lebih banyak berkecimpung di dunia hobi perkerisan,” tuturnya. Mudji Wahyani adik kandung Mudji Wahyono yang dinikahinya tahun 1985, telah memberinya dua buah hati. Di rumahnya di Solo, banyak koleksi buku dan keris yang diwariskan kepada dua anaknya.Sugeng tindhak bopo…(ki setyo budi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.