ACI-30: Hari Berseri, Sebentar lagi Bertemu Hestirini

oleh -124 Dilihat
oleh

Ada cinta di hatimu, bagiku sudah cukup. Kemarin atau hari ini, sama saja. Tak ada yang harus ditangisi, selama cinta tetap menatap harap. Indrajit, pagi-pagi sekali menuliskan catatan itu, di buku milik Hestirini yang semalaman menemani bermimpi.

Ia sudah siap. Hari ini, dirasakan lebih ringin, karena tidurnya amat lelap, berteman cinta lama yang kembali bersemi. Ingin, jika bisa, Indrajit memutar waktu lebih cepat, agar segera siang, lalu bertemu dengan wanita yang pernah melintasi hati. Ia bahkan, tidak memikirkan apapun tentang sekolahnya, pelajarannya, atau barangkali pertemuan yang rumit dengan Rini atau Indah Ratna.

Terbawa oleh riang terang langit-langit hatinya, langkah Indrajit panjang, menyongsong bis Menoreh yang sudah pasti uyel-uyelan. Hari ini, ia ingin naik Menoreh, karena sedang menghindari bis Mataram yang selalu harus bertemu dengan Titi, si jangkung dengan mata menelikung.

Indrajit tahu, tidak mudah menghindari Titi. Tapi hari ini ia tidak ingin merusak suasana hatinya dengan memori lor pintu kereta Wates, SMP tempat pertama kali bertemu dan kedanan Titi. Anak itu masih terlalu kecil untuk dipacari, hanya karena bongsor, kecantikannya mudah membelah-belah perasaan.

Tak lama, bayangan Titi meniti hati Indrajit yang tubuhnya terus berdorong ke tengah kepadatan Menoreh. Ia paling menghindari berdiri di tengah-tengah penumpang yang terpanggang gerah. Biasanya, ia memilih bergelayut di pintu, atau menyempil di kursi pojok belakang. Tapi kini, ia seperti dipaksa mengikuti desakan penumpang lain, tanpa punya pilihan.

Hanya aneh. Berdiri canggung, ia merasa serasa ada yang memperhatikan dengan amat lekat. Benar. Ada anak Smea yang dari tadi memandangi dengan takut-takut, meski jika tidak ketahuan, matanya terpaku pada wajah Indrajit yang pagi itu, tampil dengan gayanya yang paling ngehits. Mereka hanya dipisahkan oleh satu penumpang yang sejak tadi tubuhnya disandarkan ke senderan bangku, jadi gadis itu, bisa dengan leluasa ia perhatikan.

Dalam sebuah detik, Indrajit menangkap mata yang mencuri lirikan. Seperti ada senyum yang tertahan, tapi kemudian wajahnya dilemparkan ke jendela di kiri pipi. Agak lama, Indrajit meneliti penampilannya. Mulai dari seragam Smea, cara menata rambut, hingga aroma sabun yang seperti pernah ia kenali. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.