Blusukan ke Keraton Jogja, Mengenang SO 1 Maret

oleh -117 Dilihat
oleh

Hari ini, 1 Maret 2018, mari melemparkan ingatan pada 1 Maret 1949. 69 tahun yang lalu, saat Jogjakarta menjadi ibukota Republik ini dan harus diperjuangkannya dalam semangat hidup dan mati lewat brontoyudo bernama Serangan Oemoem 1 Maret.

Dalam hati yang berdebar, dengan merapal permohonan izin, saya memasuki Regol Magangan. Tidak lewat gerbang utama, melainkan hanya pintu samping kiri dan kanan yang boleh dimasuki para abdi dan kawulo umum. Kori Utami hanya boleh dilewati oleh Ngarso Dalem, kerabat, serta abdi dalem yang berseragam samir.

Saya berdiri sejenak, memperhatikan suasana yang membuat mongkok semua kawulo Ngayogjokarto. Lalu, sebelum masuk saya masih sempat melihat naga bercandra sengkala Dwi Nogo Roso Tunggal.

Dan, begitu memasuki komplek keraton, tubuh saya menggigil. Merinding. Lalu, membayangkan kewibawaan Ngarso Dalem IX saat  Jogja dalam suasana agresi. Hari ini 69 tahun lalu, dari komplek istana Keraton Ngayogjokarto Hadiningrat inilah, raja ikut mentukan masa depan Indonesia lewat Serangan Oemoem 1 Maret.

Saya yakin, Kanjeng Sinuwun IX adalah tokoh penting di balik peristiwa yang mampu membuka mata dunia itu. Meski memang, yang kemudian lebih dikenal dalam SO 1 Maret adalah Pak Harto, mustahil semua itu terjadi tanpa campur tangan Pak Sultan.

Bahkan jauh sebelum SO 1 Maret, ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta kebingungan memindahkan ibukota negara, Jogja menyediakan diri dengan segala fasilitasnya, termasuk memberi subsidi kepada Republik yang sedang prihatin. Itu terjadi pada  4 Januari 1946.  Sebuah risiko yang sangat besar karena bukan pilihan menyenangkan bagi keraton, jika hanya ingin menikmati kebahagiaan sendiri.

Benar. Jogja dianggap membangkang Ratu Belanda. Lalu, lahirlah Agresi Militer II 19 Desember 1948. Agresi ini pula yang kemudian memicu munculnya Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Sejarah lengkapnya tidak perlu saya tuliskan, juga kontroversi peran siapakah yang paling besar dalam SO 1 Maret, apakah Pak Sultan atau Pak Harto. Biarlah semua itu menjadi rahasia sejarah. Tapi mari, kita berdoa kepada semua yang berperan dalam SO 1 Maret, semoga mendapatkan pahala sesuai peran masing-masing.(stmj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.