CKTB-9 Menunggu Senyum Kak Irfan

oleh -92 Dilihat
oleh

Dia yang selaluku pandangi dari balik jendela kelas
Dia yang selalu
aku tunggu melewati kelas dan tersenyum
Dia yang selalu membuatku melamun
Hanya dia

“Rizki!!!!!!!!!!!” Suara itu membuyarkan semuanya. Suara lantang itu tak asing lagi. Sudah pasti milik Mila. Di antara anggota CKTB, hanya Mila yang memiliki lengkingan seperti petir itu. Gue menoleh, memicingkan mata, melihat si petir melengking berlarian.

“Oh…ya, ada apa?” Gue menjawaba dengan suara yang terdengar gugup. Bahkan gugup sekali. Gue takut, Mila tahu gue sedang melamunkan dia.

“Hayooo….lo lagi ngapain?” Benar kan. Suaranya mengeretak, seakan tahu apa yang sedang ada di pikirkan gue. Karena tidak bisa menjawab apa-apa, suasana menjadi hening. Gue pun, tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu komentar Mila berikutnya.

“Gue tau nih, pasti lo lagi mikirin Kak Irfan kan? Ngaku hayoo…”

“Yap, gak usah malu-malu.” Begitu lanjutnya.  Sial. Benar-benar sial. Skor menjadi 1-0 buat kemenangan dia.

“I….iya Mil, bener,” jawaban lemas gue mungkin terpampang jelas dari raut wajah gue. Mila tertawa-tawa melihat semua itu. Tapi mau gimana lagi…?

“Udah, ngapain masih difikirin sih orang kayak gitu?” Itu nasihatnya, tapi yang terdengar di telinga gue adalah tusukan rasa sakit. Ya, rasa sakit, karena memang kenyataannya benar apa yang dikatakan Mila. Untuk apa memikirkan cowok yang sudah menyakiti hati.

Anddd……we’ve to move on guys,” sambung Lin yang datang seketika, mengagetkan gue dan Mila. Anak ini memang paling ajaib. Suka datang tiba-tiba dengan komentar yang mengena. Selalu bisa menyambung, meskipun dia baru datang.

Untunglah dia datang. Jadi, gak pelu harus mendengar ceramah Mila yang panjang. Bel istirahat juga menyelamatkan gue dari pidatonya Lin yang suka panjang gak bisa dipotong-potong itu. Ahhh….saatnya merefresh otak yang udah numpuk sama rumus fisika yang bejubel itu. Saatnya memandangi aktivitas murid-murid lain yang berada di lantai bawah depan kelas. Dan, saatnya melihat dia. Yaa, apa mungkin?! Tapi langkah gue sudah terayun tanpa menunggu jawaban pertanyaan di dalam hati.

Begitu kaki sudah di luar kelas, tak disangka, anak kelas XII IPA 2 itu lewat ruang kelas X3. Ya, kelas gue. Kelas kebanggaan gue karena di kelas itu gue bisa ketemu lagi sama CKTB. Benar-benar  sebuah kebetulan yang sangat spektakulerrrr….

Tapi ya ampun. Dia melewati gue begitu saja. Tanpa ada garis sedikit melengkung ke atas dari bibirnya. Terlalu mahalkah senyuman itu untuk gue? Remuk. Sungguh-sungguh remuk seperti rujak bebek Mang Kosim di pagar depan sekolah.

Ah, jika ia tahu yang sebenarnya terjadi. Gue yang mematung di depan kelas ini hanya untuk nungguin dia lewat. Lewat di depan kelas gue dengan senyuman khasnya. Tapi dia lakukan sekarang? Dia menjauh. Jauh dan jauh dari gue. Tidak ada guna lagi gue manyun di depan kelas. Akhirnya gue kembali ke kelas dengan lemas. Entah kenapa mood berubah ancur. Sangat ancur.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.