Strategi Pilres agar tak Mengulang Kesalahan Begawan Ciptaning

oleh -137 Dilihat
oleh

Baratayuda sudah menanti. Para ksatria juga sudah bersiap diri. Pandawa dan Kurawa saling mengintai strategi masing-masing. Nomor urut untuk berlaga pun telah diundi. Tapi Arjuna masih letih memikirkan nasib perang besar ini.

Maka, melangkahlah sang Arjuna. Ia keninggalkan kesatrian dan segala kemewahannya. Penengah Pandawa itu ingin bertapa, semadi, mencari ketenangan diri. Diantar para Punakawan, Arjuna ya Janaka ya Permadi pergi. Yang dituju adalah puncak Indrakila tidak jauh dari Suralaya. Di sanalah ia mesanggrah mewujud sebagai Begawan Ciptaning atau juga disebut begawan Mintaraga.

Dasar ksatria utama, hawa panas segera mengalir ke Kayangan begitu Begawan Ciptaning bertapa. Terjadi goro-goro di Suralaya yang membuat Batara Guru mengutus Batara Narada untuk mencari tahu. Kahyangan memang sedang genting, apalagi ada raja durjana bernama Prabu Newatakawaca yang ingin memperistri bidadari.

Dan, Batara Indra berhasil membangunkan Begawan Ciptaning yang bersemadi. Ia sekaligus diutus dewata untuk menumpas Newatakawaca yang merusak Kahyangan. Setelah diberi pusaka bernama Pasopati, Arjuna berangkat. Semangatnya semakin menyala karena dewa berjanji mengabulkan permintaan-permintaan hidup Arjuna.

Begitulah yang terjadi. Arjuna mampu menumpas Prabu Newatakawaca dan dihadiahi istri tujuh bidadari. Setelah itu, ia juga masih diberi kemewahan lain yakni semua permintaan hidupnya dikabulkan. Tapi apa yang terjadi? Arjuna hanya meminta tiga keinginannya bisa diwujudkan dewata: 1. Pandawa menang perang Baratayuda, 2. Pandawa tetap utuh lima orang, 3. Astina kembali ke tangan Pandawa.

Tiga permintaan itu langsung ditulis dewata, sementara Arjuna yang masih ditunggu permintaannya membisu. Ia ditanya apa lagi yang diinginkan, jawabannya hanya tiga itu saja. Ini, yang membuat Kiai Semar misuh-misuh mendengan permintaan momongannya itu. Tapi sudah terlambat, sebab dewata sudah selesai mencatat semua keinginan Arjuna. Keinginan yang tak menyertakan keselamatan anak-anak Pandawa, rakyat, para raja sekutu, serta semua yang ikut Baratayuda.

Kisah Begawan Ciptaning ini, seolah mengarah pada egoisme politik tanpa memikirkan regenerasi. Akibatnya,  Astina dan Pandawa kehabisan stok pemimpin begitu mereka tua setelah Baratayuda usai. Sebab, anak-anak Pandawa mati dalam medan perang. Sementara yang maju memimpin negeri yang kembali direbut adalah generasi tua semua.

Mereka kebingungan mencari pengganti yang bisa memimpin Astinapura setelah Baratayuda dimenangkan. Saya menuliskan lakon ini sambil mendengar pengumuman calon presiden dan calon wakil presiden. Beruntunglah. Masih ada anak muda yang diberi kesempatan. Karena tidak lagi lakon Begawan Ciptaning terulang. Mudah-mudahan negeri ini tidak kehilangan generasi penerus.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.