Api Cinta (70): Mirah Telanjur Bersemayam dalam Dada

oleh -170 Dilihat
oleh

Gossip yang sering menjadi bahan perbincangan, apalagi ditambah dengan dara-dara yang menamakan diri tiga dara. Gossip akan makin seru dengan membicarakan kebiasaan mereka.

“Gimana Mirah masih menjadi bagian dari perhatianmu,”

“Bukankan sudah jauh dari pandangan mata,”

“Masih adakah setia di antara mereka,”

“Ataukah sudah menjadi sejarah,”

“Ataukah tinggal kenangan,”

“Atau mungkinkah,”

“Atau,”

Sri Wibowo dan Sri Wiwoho masih menggoda. Masih dengan pertanyaan-pertanyaan memancing. Mencari jawaban, masihkah ada keberpihakan di antara teman mereka. Setelah sekian lama tidak berjumpa, tidak bersama dalam canda dan sendagurau.

Masihkah ada ingatan dalam benak. Ataukah sudah ada semangat yang baru untuk meninggalkan kenangan lama. Bukankah permasalahan akan selalu muncul silih berganti sebagai cakra manggilingan.

“Sudahlah di,”

“Sudah tak usah dipikirkan,”

“Tidak usah dipermasalahkan lagi,”

“Semua yang berlalu, biarlah berlalu,”

“Songsonglah hari depan yang lebih baik,”

Sri Wibowo dan Sri Wiwoho seolah memberikan semangat kepada Paidi. Padahal dalam hati Paidi tengah berbunga-bunga. Menghadapi harinya dengan semangat baru yang lebih menggairahkan. Bukan siapa-siapa, juga bukan apa-apa.

Tidak ada kata lain kecuali Mirah satu-satunya yang ada dalam hati. Apapun yang terjadi biarlah terjadi, apapun yang berlalu biarkan berlalu. Sampai dunia ini berganti sekalipun, di dalam hatinya hanya ada Mirah.

Meski hanya bertemu dalam mimpi, namun cukuplah sebagai pengobat rindu. Tidak mesti bertemu langsung, namun cukup bertemu dan berkomunikasi dalam mimpi. Justru jauh lebih indah ketika bermimpi, berdua tidak ada siapa-siapa. Tiga tidak terjadi apa-apa.

Seperti sediakala, berdua, bersama, bercanda dan bersukaria. Menjalani kehidupan yang didambakan. Meski hanya sebatas dalam mimpi dan sekejap berlalu, menghilang. Dalam hati Paidi bergeming. Tidak ada lain kecuali Mirah.

Teman boleh datang silih berganti, namun tidak perlu singgah berlama-lama dalam hati. Di dalam sanubari hanya ada seorang nama, tidak lain kecuali Mirah satu-satunya. Tidak boleh ada nama lain yang singgah dalam hati. Nama Mirah sudah terlanjur terpatri dalam dada dan sanubarinya.

Paidi menguatkan hati, untuk tidak tergoda dan tidak menggoda. Masturoh boleh cantik. Mastufah sangat manis. Juga Masanah tidak kurang lembutnya. Juga sekian banyak teman di kelas yang tidak kalah menariknya. Atau teman-teman sepermainannya. Namun Mirah terlanjur bersemayam dalam dada. Hanya Mirah saja yang menjadi penghias dalam mimpi-mimpinya. (bersambung)