Api Cinta (75): Bertemu Mirah dalam Mimpi, Hati Paidi Berbunga-bunga

oleh -153 Dilihat
oleh

Mirah tambah bergairah, tampak lebih dewasa dalam mimpi. Mengenakan baju yang pas dengan penampilannya, terusan panjang warna putih kesukaannya.

“Bung, ngelamun,”

“Ditanya tidak menjawab,”

“Sekarang memikirkan yang tidak ada,”

“Mendingan gabung bareng tiga dara, ada study club,”

“Mereka teman-teman kita juga sejak di sekolah desa dulu,”

“Akan banyak pengalaman yang didapatkan nantinya,”

“Pengalaman baru yang lebih menyenangkan,”

“Bukan hanya Mirah yang menawanmu,”

“Ayo cepat gabung bersama kami,”

“Sebelum terlambat,”

“Kami tunggu,”

“Ok ya,”

“Ok,”

Paidi masih terdiam diberondong dengan berbagai pertanyaan. Hati dan pikirannya sedang tidak konsentrasi. Tidak menyimak apa yang menjadi permasalahan. Didesak Paidi menjadi tergagap, tidak dapat menjawab. Paidi hanya tersenyum, menyembunyikan fikirannya yang tidak menentu. Senyum penuh misteri, ya senyuman yang misterius.

Dalam hati Paidi berbunga-bunga. Bertemu Mirah, meski hanya dalam mimpi. Terasa seperti panas sewindu diguyur hujan sehari. Pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi favoritnya selama bersama Mirah. Pelajaran yang membawanya sebagai juara pidato, meski hanya juara antarkelas namun sudah cukup melambungkan hati dan perasaannya.

Sampai pelajaran di kelas usai Paidi masih dihinggapi rasa berbunga-bunga. Bermimpi bersama kekasihnya yang selama ini datang tak diundang juga hilang tanpa pesan. Mirah begitu saja hadir dalam dirinya, teman sepermainan yang tumbuh remaja bersepeda bersama, berangkat sekolah bersama. Terkadang bermain sepulang sekolah bersama. Pak Lurah dan Bu Lurah juga bersama ketika umur keduanya belum genap hitungan jari tangan.

Kini Paidi kehilangan Mirah. Sama sekali kehilangan, tidak pernah bertemu, tidak pernah mendengar kabar juga tidak pernah berani bertanya kemana Mirah pergi dan tinggal. Hanya yang dia hatu, Mirah berangkat ke kota untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Selain itu tidak banyak lagi yang diketahui, hanya itu informasi yang sampai di telinganya. Tiba-tiba saja Mirah muncul dalam mimpi malam yang indah, mimpi setelah sekian lama tidak pernah membayangkan bagaimana sosok sahabat sejatinya itu.

Paidi malas bergabung dalam kelompok belajar. Dalam bayangannya hanya akan menjadi bahan olok-olok saja. Selain banyak kesempatan untuk membantu biyungnya di rumah, juga menyendiri lebih menyenangkan hatinya. Sesekali bertemu Mirah, meski hanya dalam mimpi. Masih banyak lagi alasan yang dapat disampaikan kepada teman-temannya untuk sekedar mengelak dari penggabungan diri dalam sebuah kelompok studi belajar.

Paidi sekarang punya kegemaran baru, bertemu Mirah dalam mimpi. Setelah seharian memikirkan Mirah, mulai dari pakaian yang dikenakan. Cara berjalannya yang lincah, potongan rambutnya yang terurai panjang. Apalagi kalau sudah memakai seragam sekolah. Paidi akan terbayang, Mirah seolah berada di dekatnya. Berjalan bersama, tertawa bersama bahkan sepertinya merencanakan sesuatu bersama-sama seperti yang dulu.

Paidi tidak pernah seharipun melepaskan bayangan Mirah. Berangkat sekolah, di kelas hingga pulang dari belajar. Ketika di rumah, saat membantu biyungnya. Atau ketika bermain bersama teman-teman yang lain. setelah sehari memikirkan Mirah, bersama-sama dalam anganan malam harinya akan bermimpi meski hanya sekilas. Terkadang banya sekelebat saja.  (bersambung)