Api Cinta (82): Sesekali Paidi Berdendang di Kamar Mandi

oleh -159 Dilihat
oleh

Berminggu-minggu Paidi tidak enak makan, minum dan susah tidur.  Padahal Mirah dan Paidi bukan siapa-siapa, juga tidak ada ikatan apa-apa. Tidak ada hubungan selain teman, hanya karena sekian lama bersama-sama sehingga keduanya merasa saling memiliki. Saling merasa sedih ketika menghadapi permasalahan.

Madsani dan Madanom tidak dapat berbuat banyak menghadapi anaknya yang baru beranjak remaja, dewasa belum tetap anak-anak juga tidak. Remaja tanggung yang memiliki badan besar, mulai tumbuh kumis dan suara menjadi besar menggema.

Madsani dan Madanon hanya dapat membahasnya bersama ketika di senthong, itupun harus dilakukan secara bisik-bisik agar tidak terdengan Paidi yang dapat menimbulkan permasalahan lebih keruh. Terkadang kalau Paidi sedang tidak di rumah keduanya membicarakan, seperti ketika Paidi di sekolah atau ketika tengah repek, mencari kayu bakar.

Hanya Madanom saja yang kadang-kadang memancing pembicaraan Paidi, sebagai biyung, orang perempuan yang lebih dekat dengan anaknya. Hal itupun dilakukan ketika suasana tidak terlalu akut, saat Paidi bernyanyi-nyanyi kecil. Ibunya mendekat sambil membisikkan kata-kata merendah dan itupun segera dihentikan ketika Paidi tidak memberikan respon atas pancingan-pancingan yang dilontarkan.

Keduanya sangat hati-hati agar jangan sampai menyinggung perasaan anak remajanya. Selama ini keduanya hanya memperhatikan tingkah polah anaknya yang beranjak remaja, tidak membicarakan hal-hal yang secara khusus. Pembicaraan paling berkisar antara masalah sekolah dan bagaimana membantu pekerjaan di rumah yang juga melelahkan.

Melihat anak remajanya bermuram, murung dan tidak bersemangat akhir-akhir ini, keduanya berusaha mencari cara bagaimana mengembalikan semangat anaknya seperti sediakala. Menjadikan Paidi yang cerah, ceria seperti ketika sepasang remaja itu bersama-sama.

Paidi merasa dirinya sedang dalam pembicaraan kedua orangtuanya, namun Paidi seperti biasanya tidak lahap makan dan minum. Tidak tidur nyenyak juga tidak ceria seperti biasanya. Hari-harinya Paidi hanya bermurung saja, hanya sesekali bernyanyi-nyanyi kecil ketika suasana sekelilingnya sepi.

Hanya sesekali Paidi berdendang ketika berada di kamar mandi, selebihnya Paidi berdiam diri menghadapi hari-harinya yang panjang. Sepulang sekolah juga tidak banyak keluar rumah, kalau tidak mencari kayu bakar atau disuruh belanja di warung tetangga seberang jalan raya.(bersambung)