Bela Beli-10: Pasar Bebas Asean ini Ibarat Perang Kembang

oleh -627 Dilihat
oleh

Perang Kembang di Pasar Bebas ASEAN

Perang Kembang mendahului perang yang sesungguhnya,  Barata Yudha, di medan Kurusetra.  Cakil berkiprah menghadang para ksatria. Meski mengalami kekalahan, namun tidak menyerah. Melainkan menyingkir, mencari jalan keluar  untuk memenangkan perang, meski tidak menang di setiap pertempuran.

MEA atau pasar bebas ASEAN yang disepakati berlaku tahun 2016 ibarat perang kembang. Masih akan ada perang yang lebih besar, baik di kawasan Asia Pasifik dan pasar bebas internasional.  MEA menjadi pemanasan bagi bangsa di kawasan ASEAN sebelum memasuki pasar bebas bagi masyarakat sedunia. Nantinya dunia akan menjadi kampung besar bagi setiap bangsa di manapun berada.  Semua produk barang dan jasa dipasarkan bebas, dijual bebas sehingga siapa saja tidak boleh menghambat dan melarangnya.

Indonesia hendaknya menjadikan MEA sebagai pemanasan dan latihan sebelum memasuki perang yang sesungguhnya di pasar bebas internasional.  Keberhasilan dalam MEA akan menjadi tonggak untuk mencapai keberhasilan di era pasar bebas  internasional.

Kebehasilan Indonesia menghadapi MEA akan diikuti keberhasilan yang sama di tingkat yang lebih tinggi.  Demikian sebaliknya, kalau di era pasar bebas ASEAN Indonesia menghadapi banyak kendala,  menghadapi pasar bebas internasional Indonesia akan lebih berat lagi karena masyarakat dari berbagai belahan dunia ikut serta.

Pasar bebas ASEAN siap menerkam siapa saja yang lengah. Memangsa siapapun yang lemah. Laksana raksasa yang terluka, memangsa apa saja dan siapa saja. Tidak peduli lagi si kecil dan papa nestapa.

Menghadapi semua ini, tidak dapat sembarangan. Untuk dapat mengalahkan harus menggunakan strategi dan tehnik sehingga dapat mengatasinya.  Raksasa yang terluka hanya dapat dikalahkan para ksatria, kesaktiannya pilih tanding sehingga membutuhkan ilmu linuwih.

Tanpa itu semua raksasa yang terluka tidak dapat dijinakkan, sebaliknya akan meraja lela menguasai seluruh yang ada. Masyarakat yang lemah akan tertindas, terinjak-injak dan kalah dimangsa sang raksasa.

Melatih para ksatria dengan ilmu dan ketrampilan untuk menghadapi raksasa yang terluka adalah menjadi keharusan. Sebab membiarkan raksasa tanpa ksatria yang bisa melawannya, sama saja membiarkannya menghancurkan apa saja yang ada di sekitarnya.(bersambung)