Kabeh berubah. Kabeh ono mangsane. Tidak ada yang tidak berganti. Madsani terus berbicara sedang istri dan anaknya, juga terus mendengarkan. Seperti biasa,
Api Cinta (100): Leluhur Kita, Ada dalam Perjuangan Mempertahankan Mataram
Biyungnya menanyakan beberapa hal, berkaitan dengan belajar. Sama sekali tidak menanyakan kabar wusanane Mirah. Sengaja hal itu disimpan saja agar tidak menambah
Api Cinta (99): Mirah Sesungguhnya Bukan Apa-apa
Madanom menyaksikan Paidi dari ujung kaki sampai rambut. Tidak ada perubahan berarti, badannya masih kurus bahkan bertambah kering. Rambutnya disisir ke kanan
Api Cinta (98): Kembali ke Menoreh, Tempat Pendadaran Prajurit Mataram
Ketebang-ketebang. Paidi kembali ke kampung halaman untuk berlibur. Tidak sesungguhnya berlibur. Lebih karena bekalnya memang sudah habis. Kiriman belum datang, persediaan logistik
Api Cinta (97): Paidi Ingat, Pernah Ketiban Sampur
Paidi jenuh dengan rutinitas yang membelenggu. Untuk mengisi kekosongan, kalau tidak ke perpustakaan, Paidi berdiam diri di masjid kampus. Masyarakat sekitar kampus
Api Cinta (96): Tahun Pertama Kuliah Terlewati
Paidi lebih memilih membeli buku dan bahan bacaan ketimbang membeli baju baru. Meski keduanya sama-sama dibutuhkan, namun prioritas pertama mengoleksi buku. Meski
Api Cinta (95): Berhati-hatilah, Kamu Masih Sangat Muda
Masa pengenalan kampus, meski tidak ada lagi penggojlogan namun superioritas para senior sengaja ditampilkan. Paidi mendapat giliran, maju ke podium. Di hadapan
Api Cinta (94): Yo wis, ora usah ditangisi
Paidi sedang sial, kantong celana panjangnya kosong. Padahal dari kost sudah mempersiapkan recehan untuk membayar tiket bus. Uang yang tidak seberapa dicopet,
Api Cinta (94): Ikan tidak pernah Menjadi Asin Meski Hidup di Samudera
Menyelesaikan sekolah tinggi sesegera mungkin, itu artinya tidak boleh ada gangguan, hambatan dan rintangan. Mirah Delima yang selama ini menggelayuti pikiran dan
Api Cinta (93): Akhirnya Paidi Meninggalkan Kampung Halaman
Paidi meninggalkan kampung halaman untuk mengubur semua kenangan bersama Mirah yang hilang seperti ditelan bumi. Perpisahan yang membuat kehidupan Paidi kalang kabut,
- Sebelumnya
- 1
- …
- 42
- 43
- 44
- …
- 53
- Berikutnya
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.