“Jangan sampai jadi anak durhaka, jangan sampai dikatakan tidak tahu malu, jangan sampai dituduh sebagai tidak berbakti, jangan sammpai tak tahu diri
Api Cinta (92): Meninggalkan Semua yang Ada, Termasuk Kenangannya
Madsani dan Madanom masih termenung memikirkan jalan keluar terbaik untuk dirinya, anak-anak dan keluarga besar yang menyertainya. Akankah mengikuti kata hatinya untuk
Api Cinta (91): Jangan sampai Menyesal di Kemudian Hari
Perjalanan panjang yang diangankan akan segera diwujudkan. Mereka sudah hampir sepakat untuk melakukan perjalanan mencari penghidupan yang lebih layak. Bagaimana mempersiapkan kehidupan
Api Cinta (90): Saatnya yang Serba Susah dan Nelangsa Ditinggalkan
Hijrah, menempuh perjalanan panjang. Melakukan perjalanan mencapai tanah harapan. Satu harapannya yakni untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang diidam-idamkan semua
Api Cinta (89): Paidi masih Tetap Membayangkan Mirah
Pagi-pagi sekali mereka terbangun seperti dalam mimpi saja, mereka bertiga bersama-sama membuka mata. Ketiganya saling berpandangan dan sama-sama tidak mengucapkan satu kalimatpun.
Api Cinta (88): Madsani dan Sang Istri Beradu Pandang
Madanom membuka percakapan memecahkan keheningan di malam yang mulai larut. Sementara Madanom menunggu reaksi apa yang bakal diutarakan anaknya, dengan harap-harap cemas
Api Cinta (87): Memisahkan sama sekali Keduanya juga akan Berisiko
Madanom terus mendesak suaminya agar melakukan sesuatu, melakukan sesuatu secara benar untuk menyelamatkan masa depan anaknya. “Sekarang,” kata Madanom. “Sekarang dan tidak
Api Cinta (86): Perjuangan itu Sendiri sebuah Sikap
Madsani berusaha meyakinkan istrinya. Perjuangan tidak akan sepi dari penderitaan bahkan tetesan air mata, bahkan tetesan darah yang terakhir. “Perjuangan itu membutuhkan
Api Cinta (85): Semua akan Selesai dengan Perjalanan Waktu
Madsani berpandangan lain. Berbeda dengan Madanom, istrinya. Madsani lebih memilih untuk mengalir, mengikuti arus perjalanan kehidupan. Tidak banyak melakukan rekayasa, biarlah semua
Api Cinta (84): Kalau Dibiarkan dapat menjadi Prahara
“Pakne,” kata Madanom berbisik sambil mendekat, sambil merajuk, sesekali nggelendhot, menyandarkan kepala ke bahu suaminya. Madanom memperkirakan suasana perbincangan bakal menjadi
- Sebelumnya
- 1
- …
- 43
- 44
- 45
- …
- 53
- Berikutnya