Mirah tidak terkecuali. Mirah yang kaki dan tangannya kurus tidak berotot. Jari-jari tangannya sangat lentik. Halus kulitnya dan lemah gemulai. Jalannya lenggak-lenggok,
Api Cinta (41): Paidi-Mirah Bagai Sejoli yang tak Terpisahkan
“Lha wong babone Bangkok, anake yo Bangkok,” demikian ibu-ibu memberikan julukan kepada anak yang baru beranjak remaja. Potongan baik, jahitan baik maka
Api Cinta (40): Mirah dalam Pandangan Paidi Menjadi Sangat Cantik
Paidi merasa senang. Mirah tampak bergairah. Keduanya semakin kompak saja. Dalam banyak hal mereka berdua. Termasuk ketika menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan guru
Api Cinta (39): Kesempatan Bersama Mirah mulai Hilang
Selepas sekolah Paidi mulai banyak kegiatan, terutama membantu orangtuanya. Bermain bersama Mirah yang menjadi kebiasaan mulai berkurang. Hanya sesekali saja Paidi bermain
Api Cinta (38): Terbayang Kehidupan Bersama Mirah
Suatu kesempatan ketika Paidi dan Mirah bermain berdua. Tidak ada teman lain yang ikut bermain. Mereka benar-benar berdua. Orangtua mereka belum kembali
Api Cinta (37): Aku jadi Pak Lurah kamu jadi Ibu Lurah
Orangtua mereka juga tidak mempermasalahkan, keduanya runtang-runtung. Dalam pandangan orangtua keduanya tokh mereka masih kanak-kanak. Biarlah masa kanak-kanak mereka lalui dengan sangat
Api Cinta (36): Mirah Menjadi Teman Paling Akrab bagi Paidi
“Lik Yah, dolan yuk,” Paidi kecil mengajak temannya bermain. Ada banyak permainan di siang hari. Berbeda dengan malam hari, ketika purnama permainan
Api Cinta (35): Paidi Dibopong, Ditidurkan di Bawah Pohon Sawo
Paidi mengharapkan teman-teman sepermainannya berlaku sama dengan para orangtua mereka. Bercengkerama, bersama-sama tertawa dan tersenyum simpul bersama. Namun Paidi tidak mengerti harus
Api Cinta (34): Ngogrok-ogrok Tekek, kok Tengah Wengi
Gundhul-gundhul pacul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Paidi berjingkrak. Mendengarkan lagu yang dinyanyikan anak-anak sebayanya. Suatu kali
Api Cinta (33): Semua dapat Dilakukan oleh Mbokwo
Demikian Mbokwo selalu menyampaikan kepada anak-anaknya. Ketika menghadapi masa sulit. Ketika menghadapi tembok tinggi. Ketika hati dan perasaannya buntu. Tidak menemukan jalan
- Sebelumnya
- 1
- …
- 48
- 49
- 50
- …
- 53
- Berikutnya
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.