Banyak yang menarik setiap kali meneliti sebilah keris. Dari sisi estetika, berlimpah detail yang rumit, menunjukkan tingkat penguasaan teknik yang kadang tidak terjangkau nalar. Seorang empu keris, memang manusia linuwih yang mengerti, bahkan teknologi tinggi di zaman yang masih lampau.
Lihat saaja, pamor, dhapur dan segala rijikan pada sebilah duwung. Orang awam akan melihat biasa-biasa saja, tapi yang mengerti keris, niscaya terkagum-kagum dengan pamor misalnya yang jumlahnya ribuan. Itu baru dari sisi estetika yang terlihat. Belum yang tak terlihat.
Lalu, mari melihat ricikan kembang kacang nguku bima. Ini, menurut Ki Sugeng Winarto mempresentasikan kesan kokoh dan gagah birawa. Hanya sebilah keris sederhana, berdapur sempaner, tapi memancarkan aura yang sakral.
“Dhapurnya Sempaner, kalau saya tidak salah. Melihat kembang kacangnya yang nguku bima, jadi teringat dengan Mudra, pose meditasi favorit Kapitta Mudra,” ungkapa Ki Sugeng yang merawat keris ini dengan banyak cerita.
Menjadi Ketua Bidang Edukasi dan Pelestarian Tosan Aji di Perkumpulan Brajabumi, Ki Sugeng memang senang mengoleksi keris-keris dengan tampilan bersahaja. Itu pula yang selama ini ditanyakan para koleganya dalam banyak percakapan di grup atau di Sosmed.
“Lha yang kagungan pusaka gumebyar, megah gagah njih monggo diaplud. Saya punyanya hanya itu. Mung sak dremo.dan memang secara pribadi saya menyukai keris keris dengan dapur sederhana, pamor sederhana atau prasaja, atau istilahe umum disebut pamor ceprit, irit pamor,” jelasnya.
Bagi Ki Sugeng, kesederhanaan sudah seperti prinsip hidup. Atau jika tidak berlebihan, sudah mendekati ideologi. Dari keris-keris bersahaja itu, ia belajar memaknai hidup. Sebab, di setiap detail ricikannya memang penuh dengan sanepo. Sarat filosofi.
Setiap penyuka keris atau mereka yang ahli keris, mengerti betul setiap ricikan keris dibuat bukan tanpa makna. “Sama seperti mempelajari anatomi, fisiologi dimulai dari yang sederhana-sederhana dan mudah diingat,” ungkapnya.
Sebagaimana manusia yang memiliki anatomi tubuh, masih menurut Ki Sugeng, keris juga memiliki anatomi yang disebut ricikan. Inilah bagian-bagian keris yang menjadi dasar untuk mengenali dan mengidentifikasi dapur keris beserta nama-namanya.
“Bagi para sesepuh dan senior-senior di perkerisan, tentu ini bukan hal yang asing, Sangat familiar, bahkan bisa jadi mblenger, nglothok dan hapal jopal di luar kepala. Termasuk makna, nilai, kaidah, dan filosofinya. Tapi bagi yang awam, memang harus belajar pelan-pelan dari yang sederhana,” tambahnya.(kib)