Komunitas Lima Gunung-4: Saat Kesenian Turun Gunung

oleh -99 Dilihat
oleh

Akhirnya sampai suatu saat, kesenian dari Gunung Andong ini masuk dalam KLG. Tahun 1992, Festival Lima Gunung diadakan di Dusun Larangan dan Gunung Andong termasuk ikut didalamnya untuk memeriahkan acara tersebut. Dalam acara itu, banyak donatur yang memberikan dukungan.

Namun, dalam perkembangannya, pada tahun 2006, Sutanto Mendut selaku Presiden Lima Gunung memutuskan untuk tidak mencari sponsor atau dana untuk diselenggarakannya Festival Lima Gunung itu. Tentu, itu merupakan sebuah tantangan bagi mereka untuk bisa mandiri perihal dana. Dana untuk Festival Lima Gunung akan menjadi sebuah tanggung jawab dari kongres atau pihak tertentu yang akan menggelar acara itu.

Ia juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah memberikan tarif tertentu kepada penyelenggara. Namun, jika pihak penyelenggara memberikan penghargaan berupa uang tentu pihaknya tidak akan menolak.

Ipang dari Gunung Sumbing. Ipang adalah ketua dari KLG kawasan Gunung Sumbing. Dusunnya terletak di daerah kabupaten Bandungan. Sejak 2010, Ipang dan komunitasnya baru bergabung dengan KLG. Ipang adalah seorang pelukis yang memiliki karya yang luar biasa. Walaupun ketika berkumpul dengan anggota KLG lainnya ia sering diolok-olok, namun ia mengaku bahwa itu sebagai bagian dari keakraban anggota KLG.

Sujono dari Gunung Merbabu. Tahun 1991, Sujono mulai membentuk  kesenian dan kenal dengan Sutanto Mendut. Ia mulai bergabung dengan KLG pada tahun 2005. Pada waktu itu ia sudah mempunyai kelompok kesenian dan cukup sulit untuk bergabung dengan KLG. Namun pada akhirnya ia menciptakan sebuah tarian Saujana yang berarti sejauh mata memandang.

Dalam perkembangannya, Sujono tidak hanya menciptakan tarian saja tapi juga wayang, seni lukis dan seni patung. Menurutnya, seni tari juga meliputi kejiwaan atau kemanusiaan. Sujono menceritakan bahwa pada erupsi Gunung Merapi pada 2010 lalu, ia menghibur para pengungsi yang mengungsi di kampung mereka dengan kesenian.

Riyadi, Budayawan Mantan Lurah. Ia berasal dari dusun Gejayan dan memiliki Padepokan Marga Budaya. Tahun 2000 ia dipercaya menjadi ketua dari Gunung Merbabu dan mulai kenal dengan Sutanto Mendut. Pada perkembangannya, ia mulai mengikuti Festival Lima Gunung yang ketiga. Walaupun ia bukan seorang seniman, namun ia semakin semangat untuk menyelenggarakan acara kesenian tersebut.

Menurutnya, kesenian adalah sebuah nilai yang dapat mengkritisi kehidupan, politik dan aspek-aspek dalam kehidupan lainnya. Menutup dialog “Maneges Gunung”, Hariadi Saptono mengungkapkan bahwa dengan adanya diskusi pada hari itu, dapat dibuat menjadi sebuah rumusan terhadap kebuadayaan yang berkembang seperti sekarang ini agar lebih terarah. (bersambung)