Tulisan di Bulan April. Masih dalam rangkaian peringatan hari penting bagi kaum perempuan. Raden Ajeng Kartini terkenang tak lekang oleh jaman. Terinspirasi Kartini, saya pun ingin turut berbagi tentang apa yang saya geluti.
Batik ecoprint sangat dekat dengan alam. Semua bahan-bahan untuk pembuatannya menggunakan bahan-bahan alami yang saya jumpai di sekitar pekarangan. Bahan-bahan alami untuk pembuatan batik ecoprint berupa daun, kayu, bunga dan aneka tumbuh-tumbuhan yang lainnya.
Sejatinya teknik ecoprint ini tidak bisa dikatakan benar-benar batik secara filosofi. Yang saya tahu, filosofi batik itu gambar, nitik (titik) dan menggunakan malam. Sedangkan ecoprint adalah tehnik memberi pola pada bahan atau kain dengan menggunakan bahan alami.
Tetapi ecoprint juga bisa digolongkan batik karena di dalamnya ada teknik penggunaan zat warna alam. Teknik membatik ini, biasa menggunakan dedaunan dan kayu-kayu yang ada di sekitar kita.
BACA JUGA http://www.kabarno.com/kartini-melawan-pandemi/
Cara atau teknik ecoprint meliputi tiga ragam. Tiga ragam teknik ecoprint tersebut terdiri dari teknik pukul atau pounding, teknik kukus atau steam, dan teknik fermentasi. Yang dipukul, dikukus, dan difermentasi adalah dedauan hasil ngramban.
Sedangkan cara kedua dengan sistem steam atau kukus dari daun-daun yang sudah ditreatment. Sebelum dikukus, proses yang sama dengan teknik pounding, daun-daun disusun di atas kain dan kemudian ditutup plastik. Setelah itu kain dan plastik digulung serta diikat agar gulungan tetap rapi sempurna. Proses pengukusan kain berlangsung selama kurang lebih 2 jam.
Teknik ecoprint yang ketiga adalah dengan teknik permentasi daun. Terlebih dahulu daun-daun yang akan digunakan dicuci dan rendam ke dalam air cuka. Untuk hasil dengan kualitas bagus, perendaman memakai air cuka bisa diterapkan pada bahan kain sutra. Dengan kain ini, warna dan coraknya bisa terlihat jelas pada saat proses sudah usai.
Proses membatik yang saya lukiskan di atas dan dengan bahan dari alam menghasilkan batik dengan motif yang selalu berbeda. Meski menggunakan jenis daun yang berasal dari tumbuhan yang sama, motif tak akan sama persis apalagi ukuran besar daun yang tak mungkin sama persis.
Warna dan motif dari daun-daun yang tercetak pada bahan kainpun umumnya juga memiliki warna dan karakteristik yang eksklusif tergantung pada letak geografis tanaman berasal.
Ada banyak tanaman yang bisa dijadikan bahan untuk membuat ecoprint. Namun, jenis yang biasa saya gunakan daun jati, daun lanang, daun jenitri, daun mimba, daun pohon randu, daun jarak, daun tabebuya, dan lain-lain.
Sementara untuk bahan pewarna kain kita bisa menggunakan rebusan daun jati, daun mangga, eucalpytus, kayu secang, mahoni, tegeran, buah manggis, jolawe, green tea dan lain-lain.
Dari tiga teknik yang diterapkan pada ecoprint tersebut pada prinsipnya terdapat banyak keunggulan dibandingkan batik biasanya. Keungulan itu diantaranya media yang dipakai dalam teknik ecoprint ini tidak terbatas pada kain saja. Teknik ecoprint bisa diterapkan juga pada kulit, kertas serta benda-benda yang mampu menyerap warna alam dari dedaunan dan bunga-bunga yang digunakan.
Keunggulan berikutnya adalah designnya eksklusif karena pasti tak akan mendapat motif dan warna yang sama. Jelas produk-produk hasil ecoprint nampak lebih berkelas. Keungulan lainnya dari teknik eco printing ini adalah sangat ramah lingkungan. Tentu hal ini merupakan cara alternatif untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan ekosistem akibat limbah kimia pabrik tekstil.
Untuk ke depan, saya berniat mengembangkan produksi eco printing ini agar bisa menjadi alternatif penikmat batik. Alternatif untuk menambah penampilan yang cantik dan menawan di rumah. Saya melihat potensi besar untuk memproduksi taplak meja, sprei, sarung bantal kursi, sprei, gorden, dan assesries rumah tangga lainnya. Batik hasil eco print pun dapat dimodifikasi dengan kain lurik dan tenun. Kombinasi dengan ecoprint pasti cantik dan mewah.
Untuk pemasaran eco prnting sendiri mempunyai prospek yang sangat bagus. Sekarang banyak orang mulai menyadari tentang bahaya kimia sehingga produk batik eco printing ini bisa menjadi solusi.
Pangsa pasar kita juga bagus, permintaan mulai dari luar daerah sampe luar negeri. Banyak bule yang menyukai produk ecoprint Indonesia karena mempunyai karakter dedaunan yang sangat kuat dan variatif.
Sering saya berdiskusi dengan komunitas agar dapat berkarya dan berkreasi serta mengembangkan teknik ecoprint ini. Saya pun aktif membuka kelas belajar bersama untuk teman-teman yang ingin belajar tentang tehnik ecoprint ini.
Membatik dengan teknik ecoprint ini juga bisa buat mengisi waktu week end kita bersama keluarga. Pasti akan menyenangkan mengisi waktu akhir pekan bersama keluarga tercinta dengan membuat hasil karya yang unik dan menarik ini. Jadi tunggu apalagi. Yuk kita coba.
Eco print turut selamatkan bumi