Ontoseno Ngraman & Lagu Abimanyu

oleh -301 Dilihat
oleh
Oleh: Ki Bawang
Dalang tanpa Wayang

Gonjang-ganjing terjadi di Astina. Duryudana, raja yang sedang berkuasa bingung, sebab tidak tahu bagaimana mengalahkan Pandawa yang hanya lima orang itu. Padahal Baratayuda tinggal menghitung hari.

Di tengah risau, persoalan lain bermunculan. Tapi yang paling membuat pening adalah kedatangan Pancawala dan Atasena. Mereka adalah dua putra Pandawa yang ingin mengambil alih Astina. Pancawala merupakan putra Yudistira sedang Antasena putra Bima. Maka ketegangan terjadi lalu perang pecah setelah Duryudana enggan memberikan Astina. Tapi semua kalah, termasuk Adipati Karno dan Prabu Baladewa.

Para Kurawa memilih menyingkir meninggalkan Kerajaan yang segera dikuasai Pancawala dan Antasena. Dua ksatria sakti ini, memaksa Patih Sengkuni untuk menunjukkan sampai Kencana, singgasana Astina yang disembunyikan. Tapi apa yang terjadi? Bahkan Pancawala yang putra raja Amarta tak mampu duduk di sampai Kencana. Tubuhnya selalu ambruk, terpental katana dilontarkan kekuatan gaib singgasana keramat itu. Juga Antasena yang mencobanya.

Sengkuni membuka rahasia bahwa sampai Kencana itu hanya bisa duduki oleh ksatria calon raja yang dibawa oleh gajah Antisiro. Tapi rupanya gajah sakti itu memilih pergi dan enggan menggandeng Pancawala atau Antasena duduk di dampar Kencana. Semua putra Pandawa yang kemudian datang ke Astina ikut mencoba peruntungan duduk di singgasana, namun tak ada yang berhasil. Bersama itu, kegemparan terjadi di mana-mana. Sebab Duryudana, Baladewa dan Durna mencari sekutu sendiri-sendiri.

Tiba-tiba di tengah ketidakpastian karena semua gagal duduk di singgasana, gajah Antisuro datang membawa Abimanyu. Tanpa diduga, putra Arjuna itu, didudukkan di dampar Kencana dengan begitu mudah. Rupanya memang hanya Abimanyu yang memiliki Wahyu keraton yang mampu bertahta di singgasana.

Saya membaca lakon Antasena Kraman ini dengan berdebaran. Sebab yang kemudian terbayang adalah bahwa singgasana itu, diperebutkan dengan sengit oleh para ksatria yang belum tentu mampu duduk sebagai raja. Andai kisah ini dipakai untuk meneropong Pilkada Serentak 2018 ini, rasanya memang kita harus menunggu Abimanyu yang misterius.(*)