Sang Penangsang-6: Kutukan Bengawan Sore

oleh -239 Dilihat
oleh

Tumbuh menjadi pemuda perkasa, Aryo Penangsang tampil sebagai pengayom masyarakat Jipang Panolan. Kedudukannya sebagai adipati juga membuatnya memiliki pengaruh di kalangan orang-orang sakti yang berseberangan dengan Demak. Apalagi, Penangsang diasuh oleh Sunan Kudus.

Meski sejatinya, berusaha menghindari intrik politik dengan Demak, namun posisinya sebagai putra Pangeran Sekar, Penangsang menjadi sasaran tembak. Banyak yang membenci karena dikhawatirkan akan merebut tahta Demak Bintoro. Juga Joko Tingkir yang kelak menjadi musuh bebuyutan.

Dan benar. Tingkir menjadi orang yang mampu membinasakan Arya Penangsang. Tapi jauh sebelum itu terjadi, Penangsang sudah mempersiapkan diri, selain membentengi kadipatennya dari gempuran Demak.

Salah satu pertahanan yang dibuat Adipati Arya Penangsang adalah membangun kadipaten di tengah sungai. Sebuah sungai buatan yang sengaja dibuat, sebagai benteng pelindung serangan musuh. Blumbangan yang digali ini dihubungan dengan Bengawan Solo. Eloknya, setiap sore, air Bengawan Solo naik dan mengalir ke parit yang dibangun Penangsang. Dari sinilah rakyat Jepang menyebut blumbangan itu dengan nama Bengawan Sore.

Bengawan Sore semakin lengkap sebagai perisai menangkis serangan musuh, karena telah diberi mantra kutukan. Siapa saja prajurit perang yang menyeberangi Bengawan Sore, akan binasa. Kutukan inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh tiga serangkai Ki Jurumertani, Ki Pemanahan, dan Ki Panjawi sebagai strategi melumpuhkan Penangsang.

Masyarakat di sekitar Jipang juga masih percaya, Bengawan Sore mengandung kutukan. ”Sungai ini juga diberi semacam kutukan bahwa siapa yang menyeberanginya akan celaka. Dan kutukan tersebut akhirnya menjadi bumerang buat Aryo penangsang sendiri,” kata seorang penduduk asli Jipang Panolan. (bersambung)