Seminar Estetika Keris di ISI Jogja

oleh -350 Dilihat
oleh

Tokoh-tokoh keris dari berbagai tempat berkumpul dengan para pecinta keris dan kolektor. Mereka mengikuti Pameran Seni Tosan Aji yang digelar Jurusan Seni Murni Institus Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. Digelar sejak 15 Januari hinga hari ini, 25 Januari, kegiatan ini mengundang perhatian penggiat perkerisan Nusantara.

Kemarin, dua tokoh perkerisan tampil dalam Sarasehan Estetika Keris digelar di Ruang Audio Visual Seni Murni, Fakultas Seni Rupa ISI. Keduanya adalah Empu Basuki Teguh Yuwono (Dosen FSRD ISI Surakarta) dan Empu Totok Brojodiningrat (Ketua Padepokan Keris Brojodiningrat Sukoharjo).

Hadir pula pada kesempatan itu, Ki Setyo Budi, Ketua Umum Perkumpulan Tosan Aji Brajabbumi. Ia didampingi oleh Ki Sugeng Winarno yang menjadi salah seorang pengurus Brajabumi.

Pameran Rupa Seni Tosan Aji digelar selama 10 hari, dalam rangkaian Peringatan hari lahir ASRI yang ke-69. “Forum seperti ini sangat penting agar keris semakin lestari. Selain itu, kita juga sangat membutuhkan pengetahuan tentang keris secara akademik karena di sini semua dibahas,” ungkap Ki Setyo.

Dalam pengantar pameran Rupa Seni Tosan Aji yang diselenggarakan di Galeri Fadjar Sidik Jurusan Seni Murni ISI Jogja tertulis bahwa keris bukan semata senjata dalam fungsi teknomik atau praktisnya, tapi juga memiliki fungsi simbolik. Selain itu, keris pun menyimpan fungsi estetik, sebagai manifetasi dari rasa keindahan yang salah satunya diwujudkan dalam berbagai ragam dhapur dan pamor.

Teknologi perkerisan yang dimiliki para empu masa lalu, juga sudah sangat tinggi. Ilmu pengolahan logam yang salah satu hasilnya berupa keris sudah dikenal di Nusantara (dengan pusatnya di Jawa) pada kisaran abad ke-6 Masehi.

Romo Zoetmulder, seorang ahli sastra Jawa menyebut hal itu. Dari tanah Jawa, teknologi pembuatan keris ini kemudian menyebar hingga ke Thailand, Kamboja, dan Filipina Selatan. (c-1)