Sesaji Aswameda Menjelang Tahun Politik

oleh -173 Dilihat
oleh
Oleh: Ki Bawang
Dalang Tanpa Wayang

Indraprasta berpesta. Raja muda Yudhistira  siniwaka, duduk di dampar kencana, tahta istana yang menyilaukan. Negeri Amarta yang ia perjuangkan bersama para Pandawa kini telah berdiri. Dan, dirinya yang menjadi Sang Prabu Puntadewa.

Berdiirinya kerajaan megah milik para ksatria Pandawa itu, adalah Negara yang dibangun dengan keprihatinan. Puntadewa sepakat untuk menggelar upacara sedekah bumi dengan menggelar Sesaji Aswameda. Inilah ritual penting untuk membangun perserikatan dengan Negara-negara tetangga agar keagungan Amartapura semakin sumbar, menyebar hingga ke sudut bumi.

Maka begitulah. Arjuna ditunjuk sebagai tetungguling sesaji. Ia melepas kuda yang diiringkan beribu prajurit perang. Kuda itu sengaja dilepas agar masuk ke setiap negeri. Dan, negeri-negeri yang disinggahi sang kuda, harus tunduk menjadi sekutu bagi Amarta. Atau, jika enggan bernaung di bawah duli Sang Puntadewa, Negara itu akan digempur pasukan perang yang berada di belakang kuda sesaji.

Satu demi satu, Negara-negara di sekitar Amarta menyatakan tunduk. Mereka sanggup menjadi bagian dari Negara agung milik para Pandawa. Begitu seterusnya, kuda sesaji itu, berjalan dari satu kota ke kota lain. Bersama dengan itu, para raja takhlukan semakin banyak, menyokong kemegahan Amarta.

Itulah lakon Sesaji Aswameda. Lakon yang tidak terlalu popular karena memang jarang sekali dimainkan pak dalang. Pecinta wayang lebih familier dengan lakon Sesaji Raja Soya, yang juga digelar pasca berdirinya Negara Amarta setelah Sri Prabu Puntadewa dinobatkan sebagai raja.

Saya menuliskan cerita langka ini  untuk merespon banyak soal negara dan Indonesia. Meski agak kejauhan, abot, dan tidak ngaduk, tetap saja saya harus ikut urun rembug. Apalagi sebentar lagi, Jombokan dan Kulon Progo juga kebagian jatah mengikuti Pemilu.

Saat ini, calon-calon pemimpin bermunculan. Ada yang berniat mulia, memang ingin mengabdi, tapi ada juga yang tidak. Hanya semoga, calon-calon pemimpin itu, tidak sedang menggelar Sesaji Aswameda, melapas kuda diiringkan pasukan segelar-sepapan untuk sebuah penakhlukan. Siapa tahu kan?(*)