Teladan dari Tukang Adzan Masjid Jombokan

oleh -235 Dilihat
oleh

Pagi yang dingin. Tanah masih basah oleh sisa hujan di petang hari. Dalam pagi yang dingin itu, rasanya angler dan nyaman meneruskan mimpi. Tapi tidak degan sebuah keluarga ini. Keluarga dengan dua anak yang selalu riuh menjelang subuh.

Keluarga kecil di Dusun Jombokan, Tawangsari, Pengasih, Kulon Progo itu, menyongsong hari dengan berlarian kecil ke masjid. Juga tadi pagi. Pagi ketika bapak dua anak itu memberi teladan yang agak jarang dilakukan bapak-bapak zaman now.

Memang, pria yang punya nama kondang, Densus itu sudah terbiasa bangun sangat pagi. Sejak kanak-kanak dulu, ia diajarkan oleh kakeknya, selalu bagun jam tiga, jauh sebelum subuh.

Kini, setelah menjadi bapak, Densus semakin disiplin, terutama untuk memberi suri bagi dua anaknya, dimas Noval dan genduk Rani. Mereka selalu dioprak-oprak 15 menit sebelum subuh. Lalu, digiring ke masjid Al Istiqomah yang kurang lebih berjarak 300 meter.

“Ayo pak berangkat ngko ndak udan,” ajak Rani yang sudah mulai terbiasa ikut bangun pagi, mengingatkan bapaknya yang masih uthak-uthek membenahi kebutuhan untuk berangkat ngantor, nanti sepulang dari masjid.

Memang akhir-akhir ini, musim tidak menentu. Sebentar cerah , tak lama lalu hujan. Ekstrem katanya. “Kabeh wis siap? Ayo gek mangkat,” ajak bapaknya yang langsung menggandeng si bungsu dengan penuh rasa sayang.

Tidak lama. Begitu sampai di Masjid Al Istiqomah Jombokan, yang dilakukan pertama adalah mengawasi anak-anaknya dari sebuah jarak. Lalu, sholat tahiyatul masjid dilanjutkan mengisi waktu, biasanya dengan membaca beberapa beberapa ayat Al Quran. Keluarga bahagia ini, adalah rombongan pertama yang masuk masjid.

Dan, begitu masuk waktu subuh, terdengarlah suara adzan. Suara Densus yang nggandem. Bagi yang belum terbiasa mendengar suaranya, akan merasa adzannya seperti suara adzan para pinisepuh Jawa masa lampau yang terarasa sangat ‘Jawa’.

Suara lantang Densus khas, membahana, menyeruak, menembus keheningan pagi yang dingin.Suara seperti itu, akan kembali terdengar nanti, pada waktu Maghrib dan Isya’. Di tiga waktu sholat itulah, Densus tak pernah absen mengumandangkan adzan. Sebab, dua waktu sholat lain, ia lakukan di kantornya di Pemkab Kulon Progo tempat ia menjadi abdi negari.

Maka begitulah. Mendengar suara Densus pagi-pagi sekali,  seperti ada teladan sekaligus ajakan, “ayo ke masjid sholat berjamaah.  Densus sudah adzan tuhh.” ( emka69 )