ACI-17: Mengapa Hanya Bibirnya yang Terkenang

oleh -244 Dilihat
oleh

Malam misterius itu berakhir. Indrajit tidak jadi bertemu hantu, karena sepanjang menyisir jalur horor di kampungnya, hantu paling menyeramkan adalah gadis yang diantarnya pulang. Ia takut, jika ternyata kegelapan malam, membuat mereka lupa diri. Apalagi, melihat mudah sekali, gadis dengan lipglos itu, bergayut di lengannya.

Dan, benar. Bibir tipis yang selalu basah oleh lipglos itu, menjadi hantu hari-harinya. Indrajit seperti tak peduli meski, selama empat jam menemaninya, hanya sedikit informasi tentang gadis itu. Ia bahkan, tak tahu siapa namanya. Tapi setiap mengenang bibir itu, ia memiliki bekal bermimpi yang menyenangkan.

Tapi yang ajaib, Indrajit tak pernah lagi bertemu dengannya. Sejak malam yang memberi getar itu, tak ada jejak yang bisa dilacak sama sekali. Ia juga tidak tahu bagaimana cara mencari. Apalagi, secara aneh, gadis itu mengusirnya setelah diantar sampai lor ril. Tidak tahu, apa yang membuatnya enggan diantar sampai rumah.

“Woi, ngalamun terus. Wes ditunggu bocah-bocah, ayo.” Suara itu, besar, kasar, menyasar telak di telinga Indrajit. Tidak ada di sekolahnya yang memilik suara seperti itu selain Tukijo, cah nggunung Ketua Osis yang sedang kedanan sama Rini.

Mereka tertawa-tawa, lalu beranjak ke kelas satu di gedung paling bagus di samping ruang kepala sekolah. Rapat Osis memang tinggal menunggu dirinya. Semua tahu, hanya Indrajit yang bisa menjadikan sekolahnya memetik beberapa tropi: juara tiga lomba teater, juara dua lomba paduan suara, juara keempat Pramuka.

“La iki ketuane teko. Sama bapak juara,” satu ruangan tertawa. Indrajit paham, ia mendapat julukan bapak juara, sebagai olok-olok, karena setiap perlombaan yang menyertakan dirinya sebagai ketua delegasi, memang pulang membawa piala. Sialnya, belum pernah sekali pun juara pertama. Itu, yang membuatnya selalu menjadi bulan-bulannya anak Osis.

Semua masih tertawa meski Indrajit sudah melepari beberapa temannya dengan kapur. Suara riuh baru berhenti tiba-tiba, saat Rini masuk. Mak Cep, terutama Tukijo yang pernah cintanya tak berbalas tapi pantang menyerah.(bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.