Walau sudah beberapa bulan absen dari pementasan karena terkendala Covid 19, namun Ki Bondan Riyanto tidak kesulitan untuk melakukan pementasan setelah diberlakukan New Normal di Kebumen.
Penampilannya, tetap mematuhi Protokol Kesehatan. Saat mendalang, Ki Bondan juga mengenakan masker. Pementasan dalam durasi sekitar 2 jam, menarik perhatian. Penampilannya mengenakan masker, adalah salah satu yang mengundang gelak tawa penonton.
Pentas di kediaman Ki Sugito, Desa Kaibon, Kecamatan Ambal Kebumen itu, mengambil cerita Tripomo, sebuah cerita yang mengisahkan Jiwa Patriot sejati di dunia Pewayangan.
Walau mengambil ceria heroik, namun Ki Bondan mampu membawakan dengan segar dan penuh dengan hal yang mengundang gelak tawa. Mulai dari sulukan yang dikenal dengan suluk reformasi dan suluk pupur Wiyung, juga janturanya yang diselingi dengan improfisasi kata kata yang sederhana namun penuh makna dan diluar dugaan penonton.
Ki Bondan Riyanto juga tidak canggung mengeluarkan dalil sebagaimana layaknya kyai mengajar ngaji santrinya, dan menguraikan maksudnya walau terkadang diselingi candaan namun hal itu membuat penonton tertawa dan tidak ngantuk.
Kritikan segar juga banyak terlontar untuk para pemimpin, dengan maksud agar pemimpin lebih banyak memperhatikan permasalahan yang dihadapi rakyatnya.
Ki Bondan Riyanto, sang dalang Pupur Wiyung hanya ingin menyuarakan hatinya, menyampaikan apa yang dirasakannya melalui media wayang kulit.
Sebagai ASN Guru, Ki Bondan Riyanto sudah cukup dengan pemasukan yang diterima, wayang baginya hanyalah hobi walau tidak menolak bila ada yang ngejob. Namun bagi dalang yang sekarang memanjangkan rambut kribonya ini yang penting bisa tampil menghibur hati oenggemarnya.
Sukses selalu untuk Ki Bondan Riyanto, Nyi Pandansari semoga terus bisa memakai Pupur wuyung.
Oleh: Ki Setyo Budi, Pemerhati Budaya Nusantara
