Ingatan saya mundur ke masa kecil, saat saya masih kanak-kanak. Simbah-simbah saya cerita, di dekat kampung ada pabrik semen. Kampung saya di Kulur, Kapenewon Temon. Sampai saya menjelang remaja, memang masih terlihat bangunan pabrik itu.
Tapi pabrik itu sudah sangat lama ditinggalkan, karena memang hidupnya di era penjajahan Belanda. Kalau tidak salah ingat, dulu di sekitar situ juga ada jalur kereta lori. Kata Mbah saya malah lewat sebelah timur rumah.
Tapi kurang tahu, yang diproduksi semen apa. Kalau kata Simbah saya, bahannya watu blondo berwarna merah, berarti bukan semen portland. Saya kecil bangunannya masih ada, dibongkar ketika saya SD.
Lalu, mari bertanya mungkinkah di Kulon Progo berdiri pabrik Semen? Sebuah ajakan diskusi yang menarik, jika melihat potensi alam Kabupaten Kulon Progo yang tidak sedikit. Termasuk potensi bahan baku pembuatan semen.
Sebuah pabrik semen dibangun harus berdasarkan pada beberapa parameter, yaitu tersedianya bahan baku (kuantitas dan kualitas), aksesibilitas dan infrastruktur, penyerapan tenaga kerja dan peluang pasar. Adakah bahan baku semen di Kulon Progo?
Bahan baku utama semen adalah batu gamping atau batu kapur dan lempung. Selain itu juga memerlukan bahan lain dalam presentase lebih kecil, yaitu pasir kuarsa, pasir besi, dan gipsum.
Berdiri atau tidaknya pabrik semen, sudah sangat pasti, bergantung pada bahan baku utama yaitu batu gamping dan lempung.
Pasir besi dan pasir kuarsa sebagai bahan pengoreksi dalam blending jumlahnya tidak terlalu besar, demikian pula gipsum sebagai bahan pengeras jumlahnya juga tidak terlalu banyak.
Dan, bumi Kulon Progo memiliki kandungan batu gamping dana lempung yang cukup banyak. Dari ekstraksi Peta Geologi, di Kulon Progo tersedia batu kapur seluas 10.793,165 Ha pada Formasi Sentolo.
Sebutan Formasi Sentolo, mengacu pada sebaran paling luas berada di Sentolo. Tempat lain yang menjadi sebaran batu kapur adalah seluruh kecamatan di Kulon Progo kecuali Galur.
Adapun batu lempung seluas 423,365 Ha berada pada Formasi Nanggulan, namun juga tersebar di Kecamatan Girimulyo, Kalibawang dan Kokap. Peta bahan baku semen di Kulon Progo seperti pada Gambar terlampir.
Analisis potensi batu gamping Formasi Sentolo sebagai berikut: luas sebaran 10.783,170 Ha (107.831.700 M2), dengan asumsi tebal rata-rata 50 M, maka volumenya menjadi 5.391.585.000 M3, sedangkan volume bersih (80%) 4.313.268.000 M3.
Potensi batu kapur di Kulon Progo termasuk Klas SANGAT POTENSIAL (mengacu standar minimal 1.000 juta M3). Adapun kadar batu kapur hanya diperlukan minimal 50,6 %, mengacu standar 50-51%.
Lantas di mana pabrik nanti dibangun?. Sesuai arahan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo, sebelah timur Sentolo dialokasikan untuk kawasan industri. Infrastruktur dan aksesibilitas sangat mendukung, karena dilewati jalan besar Trans Jawa lintas selatan.
Selain itu, dalam rencana jalan tol Jogja-Cilacap akan ada exit tol di kota Wates Baru di daerah Kaliagung, yang tidak jauh dari lokasi pabrik.
Bagaimana masalah tenaga kerja? Tidak perlu diragukan lagi, proyeksi penduduk Kulon Progo tahun 2020 yang dirilis oleh BPS Kabupaten Kulon Progo berjumlah 426.420 jiwa, yang terdiri dari 209.310 jiwa laki-laki dan 217.110 jiwa perempuan.
Seandainya 60% dari jumlah penduduk Kulon Progo adalah usia produktif berarti ada 255.852 jiwa. Angka tersebut adalah perhitungan kasar, untuk memperoleh data yang akurat perlu dilakukan survei dan kajian.
Peluang pasar masih cukup menggiurkan. Selama Indonesia masih membangun, selama itu pula semen masih dibutuhkan. Sampai dengan saat ini jumlah pabrik semen di Indonesia sebanyak 30 pabrik yang tergabung dalam 8 grup, dengan kapasitas produksi 55.628.000 ton pertahun. Adapun penduduk Indonesia per 30 Juni tahun 2020 berjumlah sebanyak 268.583.016 jiwa.(*)