Pagi-pagi Sowan Pak Wakin, Jenderal dari Sogan yang Semanak

oleh -200 Dilihat
oleh

Kamis pagi, menjadi Kamis pagi yang menyenangkan bagi tim Sahabat Ngopi. Dari Alamsutera Tangerang, Mbahyatno sudah dari sangat pagi mampir nyamper ke Ciledug. Menunggu Pak Mudal, saya dan sesepuh KPDJ itu, cerita banyak soal, termasuk tokoh Kulon Progo yang akan kami sowani.

Sebelum jam 10 pagi, bertiga, kami sampai di pesisir utara Jakarta. Ini bukan sembarangan pesisir karena telah disulap menjadi Kawasan elit yang super metropolitan: Pantai Indah Kapuk.

Masih ada waktu beberapa saat, karena kami janjian dengan Brigadir Jenderal Purnawirawan Polisi (Brigjen Pol) Wakin, tepat jam 10 pagi. Mbahyatno masih sempat minta berhenti di sebuah sudut PIK untuk menghampiri tukan jual kopi. Anak muda dengan sepeda motor yang terasa kontras dengan suasana kota serba megah itu.

Saya yang tidak ngopi, memilih nunggu di mobil. Juga Pak Mudal. Ada sebotol air mineral yang rasa-rasanya sudah cukup bagi saya. Jadilah, Mbahyatno yang kondang sebagai tokoh muda Kulon Progo ini, menyeruput kopinya sendiri. Seperti biasa, kopi dalam gelas plastik.

“Ini bukan kopinya yang penting. Tapi berbaginya kepada mas-mas penjual itu,” kata Yatno Alimonsa yang pergaulannya luas.

Mendengar celetukan itu saya tidak heran, karena memang seperti  itu sifatnya. Selalu tidak tega melihat orang kecil. Apalagi mas-mas penjual kopi yang terlihat minggir-minggir di jalanan yang tidak ramai, mungkin menghindari razia para petugas.

Oke. Jam 10 teng. Kami masuk sebuah Gedung megah tidak jauh dari pintu keluar tol PIK. Kantornya pak Wakin setelah purna tugas sebagai anggota Polri. Sudah barang tentu, pria kelahiran Sogan, Wates, Kulon Progo itu, sudah menunggu.

Seperti biasanya, keramahan segera menyambut. Menggenakan busana putih yang dipadu jeans serta sepatu kets, Pak Wakin terlihat sehat dan awet muda, meski pada 7 Desember 2021 nanti, usianya sudah memasuki 62 tahun.

Setelah saling menyapa dengan gaya Kolon Progo, Mbahyatno menjadi jurubicara kami. Mengundang secara lisan untuk rawuh di acara campursari dan wayangan yang digelar Sahabat Ngopi dan KPDJ, pada 16 Oktober 2021 mendatang.

Pergelaran virtual yang menggunakan standar protokol Kesehatan itu, merupakan rangkauan HUT Kulon Progo ke 70 tahun. Pada momentum penting itu, Forum Diskusi Sahabat Ngopi Kulon Progo (SNKP) dan komunitas Kulon Progo di Jabodetabek (KPDJ), menampilkan dalang muda Ki Imam Kuncoro.

Usai menyatakan siap rawuh, Pak Wakin mulai bercerita panjang tentang perjanalan hidupnya, sejak dari Sogan hingga merampungkan tugasnya sebagai bagian dari Korp Bhayangkara. Profil lengkap lulusan AKBRI tahun 1983 ini, akan ditampilkan dalam buku Menoreh Kiprah yang merupakan seri kumpulan tokoh Kulon Progo. Juga tampil dalam channel youtube milik Kabarno.

“Saya ini anaknya petani tulen. Jadi ya seperti ini. Biasa saja,” katanya, saat Mbahyatno mengomentari kebersahajaan mantan Kapusdik Reskrim Lemdikpol tahun 2009-2012 itu tentang sikapnya yang apa adanya.

Meski anak seorang petani, Brigjen Wakin sesungguhnya, memiliki darah yang tidak sembarangan. Ada garis darah yang cukup penting mengalir dalam tubuhnya. Lulusan SMAN 1 Wates 1977 itu, kemudian mengisahkan urut-urutan trah hingga ke salah satu tokoh yang disarekan di makam keramat Mbanaran, di Dusun Jombokan, Tawangsari, Pengasih, Kulon Progo.

“Bawang Segenthong itu, salah satu leluhur saya,” katanya yang membuat saya merasa makdeg. Sebab, Ki Bawang Segentong yang sumare di belakang rumah orangtua saya di Jombokan, juga leluhur simbah-simbah saya.

Pusara Ki Bawang Segenthong, berada di cungkup utama makam tua itu. Dalam keterangan di batu nisannya, ia putra Kiai Sorokusumo, yang menjadi tokoh keramat bagi masyarakat di sekitarnya.(hir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.