Bagaimana tanggapan masyarakat dan bagaimana mengajak masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri?
Masyarakat senang sekali kalau diajak. Mari kita melakukan usaha masyarakat responnya luar biasa. Masyarakat di Jawa ini tidak di Kalimantan yang lebih suka panen daripada budidaya. Tebang saja, di luar Jawa begitu. Posdaya mau pelihara ayam, kambing, bikin telur asin. Masyarakat mau, tinggal memacukan.
Masyarakat itu asalnya tidak memiliki jiwa entrepreuner, dua persen saja dari setiap 100 orang dua menjadi entreupreuner sudah baik. Yang lain jiwanya kuli saya tak kerja saja yang memasarkan, tapi kalau produksinya sudah banyak mengeluh, pak nyuwun tulung ditumbasi.
Masyarakat Samigaluh memproduksi Teh Suroloyo, kita harus memikirkan langkah selanjutnya setelah produksinya bagus, memikirkan pasarnya. Marilah kita masyarakat bagus produknya, kalau Posdaya bisa pasarkan gak ya, gak lucu.
Pekerjaan selanjutnya sustainabelity, memberikan multiplayer efek, Batik Geblek Renteng dilombakan berhasil membuat produksi kita pasarkan, melalui SKPD seragam dilanjutkan seragam sekolah yang menjadi pasar. Kita urus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) akhirnya sebulah 2.000 yard, sekarang 35.000 yard dikuasai pasarnya, produksinya menjadi bagus.
Itu salah satu contoh ideologi untuk menguasai pasar. Termasuk Airku, untungnya tak ke Perancis, saya olah airmu saya kemas tukunen, batine di bawa ke Perancis. Keren-keren, idiologi sebagai bumbu untuk menguasai pasar, batik.
Berapa banyak produk yang memasarkannya menggunakan ideologi?
Posdaya Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Istri anggota Gapoktan jadi anggota Posdaya, kemas beras untuk 8.000 PNS. Kita tantang Bulog, Desember 2013 Bulog mau kemas beras untuk masyarakat miskin (Raskin) menjadi Beras Daerah ( Rasda) suplai ke Bulog.
Hampir saja Posdaya kalau mau, merek Posdaya kalau nanti ada kerugian ada Posdayanya. Ujicoba Posdaya terganggu namanya Rasda, ada kemungkinan rugi ada. Jangan sampai Bulog, beras lokal cukup kualitas, baik gerakan memperjuangkan bisa kuasai pasar di negeri sendiri. Gapoktan menyambut baik.
Berbicara bagaimana tanggapan masyarakat tentang ideologi untuk menguasai kemandirian ekonomi. Pahlawan mandiri berdaulat dalam politik, tapi belum ekonomi berdaulat dengan tumpah darah dilakukan.
Program pemberdayaan masyarakat dan program lain ujungnya untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, tanggapan bapak bagaimana?
Menghubungkan kesejahteraan, tahun 2012 awal 20,3 persen angka kemiskinan. Tidak percaya, kami tugaskan PNS mendata empat kepala keluarga miskin, Bappeda buat form agar Posdaya satu PNS datang ke empat orang, dikumpulkan data entry ada 12 persen.
Rembug desa, dirundingkan dalam rembug desa ini gak miskin, kalau gak miskin nanti marah tak dapat bantuan. Jadi dirundingkan 16 persen. Kami tidak pokoke, alirane orang waras. BPS sponsor dari PBB Word Bank, UNFPA sponsor untuk base data information system. Ini kita mempertemukan data Bappeda dan BPS. Tapi diakui BPS ada base end kerja sama anggaran dari Word Bank.
Ke depan bagaiama nasib pendataan dan pemetaan yang dilakukan Posdaya?
Muara dari kerja sama Posdaya rakyat miskin merah, tidak miskin kuning. Data bagus data disaerap data Posdaya yang selama ini Posdaya itu data 12 persen yang merah setelah kita gerakkan PNS rembug desa. Ada yang marah-marah jadi 16 persen.
Untuk terus jalan dengan BPS dan Word Bank, data Posdaya tidak muspro kita buat legal standing. Merah, kuning, hijau ini Posdaya klimakanya, KAKB ending-nya merah, kuning, hijau. Akhirnya BLT-nya orang kaya, yang miskin marah. Yang dibuat Posdaya bagus karena survey bukan sensus.
Saya sangat terbantu bersyukur jadi ruhnya data base, harapan kami sistem yang mengklarifikasi merah, kunung, hijau seluruh kabupaten. Harapan kedua setelah menginisiasi rakyat jadi produsen bergerak satu step lagi pasar dikuasai, kalau tidak maka produsen yang banyak akan menghadapi kendala.
Menurut bapak apakah Posdaya mampu menghadapi era persaingan bebas ASEAN dalam MEA?
Bagaimana Posdaya kuat menghadapi MEA. Kalau itu dikerjakan, ditambah ideologinya bela beli menghadapi MEA siap. Thailand siap mengirim beras ke Medan dalam waktu delapan jam, sementara kita mengirim beras dari Jawa ke Medan masih membutuhkan waktu delapan hari. Vietnam siap kirim empat jam ke Balikpapan, dari Jawa empat hari.
Kita menang melawan penjajah dengan ideologi, Vietnam menang melawan penjajah dengan ideologi. Korea Selatan menang melawan penjajah dengan ideologi, Kalahah Jepang sampai hari ini orang Korea Selatan tidak mau memakai produk Jepang, padahal produk Korea Selatan jelek tapi tetap saja dipakai. Anak-anak sekarang tetap menggunakan produksi sendiri, itu kemenangan ideologi tidak dengan teknologi karena teknologinya kalah. Yang mesti enak naik Honda dari produk sendiri.
Apakah semangat itu dapat diberlakukan di masyarakat Indonesia?
Marilah kita menggunakan produk sendiri menghadapi MEA. Ini harapan saya, Posdaya berhasil menghadapi MEA. Memasukkan ideilogi, jangan makan di foodcord tapi makan di angkringan. Kalau mahasiswa disemangati dengan begitu kan, makan sederhana berkorban tidak makan keren sebagai mahasiswa yang tangguh. Patriot sejati yang mencintai bangsa dan negaranya. Bukan mahasiswa gembeng yang makan enak, ngang ngeng berkendaraan hebat hanya meminta uang dari emaknya.
Sementara mereka berpenampilan, tak enak dengan orang asing. Tapi mencintai produk sendiri karena kita memang tidak bisa bikin HP tidak bisa bikin laptop. Kita yang punya hanya ideologi. Ya itulah yang kita gunakan untuk melawan kehebatan bangsa lain.(bersambung)