Jakarta, KABARNO – Siang hingga tengah malam nanti, Koperasi Konsumen Nasional Kulon Progo Sejahtera, akan menggelar wayangan, di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu, 04 Agustus 2024.
“Wayangan ini, untuk ikut merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-79. Semoga negara ini, semakin maju, sejahtera, adil dan makmur,” jelas H Suwondo, Sekretaris Kopnas Kulon Progo Sejahtera.
Selain syukuran HUT RI, wayangan juga menjadi ajang silaturahmi antar perantau Kulon Progo. “Mudah-mudahan perantau Kulon Progo bertambah guyup, sejahtera bersama Kopnas KPS,” ungkap Mbah Wondo yang meski sudah sepuh, tetap bersemangat menjalankan roda koperasi.
Sejumlah tokoh Kulon Progo akan hadir dalam wayangan yang menampilkan Ki Bagas Giyanto, dalang klasik asli Cerme, Kapanewon Penjatan, Kulon Progo. Para tokoh akan disambut oleh Ketua Kopnas KPS, Dr (can) H Suratman, SH, MH.
Lakon menarik yang akan ditampilkan adalah Semar Mbangun Kayangan. Dibawakan dalam gagrak Ngayogyokarto, Semar Mbangun Kayangan, termasuk lakon yang sangat populer karena selalu aktual dengan kondisi zaman.
Ki Bagas Giyanto, yang membawakan cerita ini, juga dalang mumpuni. Seniman senior yang menjadi andalan para perantau Kulon Progo. Perjalanan karir Pak Bagas sebagai dalang, sudah dangat panjang, dengan banyak prestasi yang ditorehkan. Salah satunya adalah Juara I Festival Dalang yang digelar Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) tahun 1995.
Lahir di Kulon Progo, Ki Bagas justru menemukan bakatnya di Jakarta. Ia menjadi bagian dari masyarakat Jawa yang selalu memadati pertunjukan wayang di mana pun di Jakarta dan kota-kota sekitarnya. Lalu, ia tertarik, mempelajarinya dan serius menekuni dunia pakeliran.
“Aura masyarakat Jawa di Jakarta itu berbeda kalau nonton wayang. Kalau di daerah, selesai limbukan, atau paling pol selesai goro-goro, sudah pada pulang. Tapi di sini, sampai byar baru meninggalkan arena pertunjukan,” kata Ki Bagas.
Lahir pada 31 Mei 1959, Ki Bagas merampungkan pendikannya dari SD hingga SMP di Panjatan, Kulon Progo. Lalu, memutuskan merantau ke Jakarta. Setelah lulus SMA, kuliah di YAI dan bekerja di Lippo Bank. Tapi sejak menjadi bankir, jiwa seni yang dipupuk dari Cerme, bersemi. Di sela-sela pekerjaannya yang membutuhkan kesungguhan, Bagas Giyanto mengurai penat dengan belajar karawitan. Lalu, ikut latihan ketoprak.
Dari tahun 1990, Bagas Giyanto sudah mulai ikut ketoprakan. Saat itu, ia bergabung dengan Sanggar Sari Laras. Sepanjang tiga tahun, hingga 1993, main ketoprak seperti menjadi oase di antara kesibukannya sebagai pegawai bank.
Selanjutnya, setelah menimba pengalaman menjadi pemain ketoprak mulai dari dapukan bolo dupak hingga pemeran utama, Ki Bagas Giyanto mulai belajar ndalang. Masuk Sanggar Cempoko Krido Budoyo di Cempaka Baru Jakarta Pusat, ia hanya butuh waktu satu tahun untuk belajar.
“Dulu waktu kecil memang suka nonton wayang. Saya juga selalu kagum setiap mendengar guru SMP nembang mocopat. Tapi di Cerme itu kan gunung, tidak berani keluar rumah kalau malam. Jadinya, baru setelah di Jakarta, bisa belajar kesenian,” kenangnya.
Setahun setelah belajar ndalang, atau tepatnya tahun 1995, Giyanto mulai berkiprah sebagai dalang. Pertama, dengang ikut berlaga dalam lomba pedalangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dan, mendapatkan juara. Tahun berikutnya, pada malam tahun baru 1996, Ki Bagas Giyanto untuk pertama kalinya, pentas semalam suntuk di Taman Mini.
Sejak pentas pertama, namanya mulai dikenal sehingga undangan mendalang terus berdatangan. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga di Jawa Tengah, Jawa Tiur, Jogjakarta, serta Sumatera. Bersama itu, setiap lima tahun sekali, dalam hajatan Festival Dalang yang digelar Pepadi Pusat, selalu mendapat tropi juara.
Pemilik nama asli Giyanto ini, mendapat tambahan nama Bagas darai guru dalangnya. “Ditjen Kebudayaan memberi nama Duto Carito. Dari Trah Hamengku Buwono saya diberi nama Cermo Wiguno,” kata dalang yang jika ditulis lengkap, namanya menjadi Ki Bagas Giyanto Duto Carito Cermo Wiguno.(kib)