SEMARANG,KABARNO COM – Melihat hasil hitung cepat Pilgub Jawa Tengah, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin (Paslon 02) dapat dipastikan menjadi pemenang. Dengan rentang selisih suara lebih dari 10 persen sebagaimana misalnya quick count Kompas, Indikator, LSI , Charta Politika dan SMRC.
Dosen Departemen Politik Pemerintahan FISIP Undip, Wahid Abdulrahman menganalisa,rql kemenangan pasangan ini idealnya didukung dengan data kuantitatif. Setidaknya dari hasil exit pool sehingga mampu dijadikan generalisasi secara ilmiah.
Namun demikian secara kualitatif, dengan mendasarkan observasi, ia melihat setidaknya ada enam faktor utana sebagai penopang kemenangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
Pertama, efek kandidat atau candidate attractiveness. Dalam perspektif teori politik, kandidat yang menarik memiliki kemungkinan lebih besar mendapatkan suara. Daya tarik kandidat tidak hanya karena tampilan fisik yakni ganteng, gagah, atau cantik namun juga daya tarik lain yang dimiliki. Atribut karakter yang diinginkan secara sosial seperti berkinerja baik, pekerja keras, cerdas, kompeten, jujur, empati, simpati dan diterima secara sosial. Ahmad Luthfi yang telah melakukan ‘start’ lebih awal memiliki kekuatan pada citra sebagai figur purnawirawan polisi yang dekat dengan rakyat dan empati.
“Selama kampanye nampak jelas kedekatan Ahmad Luthfi dengan rakyat dan empati yang diperlihatkan, seperti misalnya ketika bersama petani, pedagang pasar,dan pertemuan dengan kuli bangunan. Kedekatan dan empati ini didukung dengan komunikasi yang njawani. Tentu efek kandidat dan keunggulan ini bersifat komparatif,” kata Wahid Abdulrahman, Rabu 27 November 2024.
Meski begitu,lanjutnya, banyak pula pemilih yang tertarik dengan Paslon 01 karena figur Andika Perkasa atau Hendar Prihadi dengan persepsi yang sama terhadap Ahmad Luthfi. Bahkan untuk aspek tertentu seperti kinerja dan pengalaman mengelola birokrasi Hendar Prihadi relatif lebih unggul.
“Efek kandidat atau keunggulan Paslon 02 yang bersifat absolut (absolute advantage) terletak pada figur Taj Yasin sebagai representasi santri. Citra Taj Yasin sebagai santri yang rendah hati atau tawadu, sederhana, pengalaman ngopeni pesantren, dan bersih.”
Taj Yasin Memiliki Daya Tarik Religius
Sebagai kandidat, Taj Yasin memiliki daya tarik religiusitas secara absolut dibandingkan figur lain sehingga mampu memperkuat nilai tawar Paslon 02 khususnya di mata pemilih santri.
Kandidat yang menarik kemudian cenderung lebih cepat, lebih sering, dan diamati lebih intensif, pernyataan dan tindakan mereka diingat lebih jelas. Pada akhirnya kekurangan kinerja dan kesalahan pada kandidat yang menarik, tidak memiliki efek besar dimana pemilih cenderung memaklumi kesalahan kandiat yang menarik (attractiveness glamour effect). Berbagai isu negatif khususnya di media sosial terhadap pasangan ini kemudian relatif tidak banyak memberikan pengaruh.
“Seperti misalnya isu tentang ‘Sambo’ dan dukungan terhadap penjualan minuman keras. Isu ‘Sambo’ memang sempat memberikan efek negatif bagi Paslon 02, namun seiring dengan waktu isu tersebut mulai kabur, terlebih ketika secara terbuka Ahmad Luthfi membangun counter narasi ‘Jenderal Hoegeng’ sebagai panutan,” ujar mahasiswa Doktoral Goethe University Frankfurt Jerman ini.
Kedua, eksistensi jaringan relawan seperti jaringan kiai-santri dan relawan Jokowi-Prabowo. Spirit kesukarelawanan (volunteerism) khususnya pada jaringan kiai-santri sangat kuat. Ditopang oleh budaya politik santri berupa ketaatan terhadap guru atau almamater pesantren. Ceruk pemilih santri di Jawa Tengah cukup besar. Di sejumlah daerah seperti Rembang, Jepara, Kudus, Demak, dan Brebes Jaringan alumni Sarang begitu masif dan kokoh. Demikian halnya dengan alumni pesantren lainnya seperti Lirboyo dan Tegalrejo. Pada tataran ini, peran Taj Yasin sebagai aktor sentral jaringan menjadi sangat penting, sebagai repetisi Pilgub 2018. Demikian halnya dengan jaringan santri yang dirajut oleh aktor-aktor dari kalangan Nahdliyyin berjalan cukup efektif.
Sementara itu, keberadaan Gus Umar sebagai ketua tim pemenangan Paslon 01 memang relatif mampu menembus sejumlah pesantren, namun demikian upaya tersebut tidak bisa berjalan secara masif. Peran elektoral jaringan santri semakin kuat ketika Paslon 02 menutup masa kampanye dengan doa bersama di Simpang Lima Semarang dengan dihadiri sejumlah kiai kharismatik sehingga memperkuat pesan bahwa Paslon 02 adalah paslon yang mendapatkan restu dari kiai.
Jaringan lain yang tidak kalah penting adalah jaringan relawan di Pilpres maupun jaringan baru yang bersifat lokal. Peran jaringan relawan seperti Bolone Mase, Alap Alap Jokowi, dan Lugass tidak saja berkontribusi terhadap konsolidasi tokoh-tokoh masyarakat di level lokal namun juga ikut memobilisasi hingga level grassroots.
Ketiga, lanjutnya, Jokowi dan Prabowo effect. Ada satu kondisi dimana elektabilitas kedua paslon relatif berimbang sebagaimana hasil survei sejumlah lembaga pada pertengahan hingga akhir Oktober.
Elektabilitas Mulai Melebar
Namun demikian, pada minggu kedua November rentang elektabilitas kedua paslon mulai melebar. Show of force dukungan Jokowi melalui pawai bersama Paslon 02 di sejumlah wilayah seperti Purwokerto, Klaten, Blora, Tegal, dan Grobogan memberikan efek positif signifikan. Meskipun adapula disinsentif electoral yang didapat, dimana pemilih yang memandang negatif terhadap Jokowi menjadi semakin menjauh dari Paslon 02. Paslon 02 juga mendapatkan insentif electoral dari penegasan dukungan melaui video dari Prabowo. Dukungan langsung dari Prabowo membangunkan aktor politik lokal dan meningkatkan performa partai sebagai mesin politik sehingga semakin masif bergerak untuk Paslon 02.
Keempat, peran partai pengusung sebagai mesin politik (political machine). Idealnya mesin politik memiliki karakter struktur yang hirarkis dan disiplin kuat. Disinilah kemudian harapan partai sebagai mesin politik akan berjalan efektif. Namun demikian dukungan dari Gerindra, PKB, Golkar, Demokrat, PAN, PPP, PSI, PKS, Nasdem, Gelora, Partai Buruh, PBB, dan Perindo tidak sepenuhnya diikuti pergerakan anggota di level terbawah.
Tidak semua struktur partai pendukung menjadi mesin politik efektif bagi paslon 02. Demikian pula dengan disiplin anggota partai pengusung dalam mendukung paslon 02. Setidaknya Gerindra, PKB, Golkar, PPP, dan PKS yang nampak masif hingga level terbawah. Selama masa kampanye, nampak jelas bagaimana Sudaryono aktif melakukan roadshow untuk mengkonsolidasi struktur dan kader Gerindra.
Demikian juga yang dilakukan Gus Yusuf bersama PKB di berbagai kabupaten/kota. Termasuk kampanye Bahlil Lahadalia untuk memacu pergerakan Partai Golkar dan Zulkifli Hasan sebagai ketua umum PAN.
Kelima, politik programatik dengan program-program populis. Selama masa kampanye khususnya di ketiga debat yang diselenggarakan oleh KPU Jawa Tengah, Paslon 02 lebih banyak menyampaikan program populis yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat.
Sejumlah Program Populis
Ada sejumlah program populis dengan daya tarik elektoral diantaranya adalah pemenuhan asuransi kesehatan gratis bagi masyarakat miskin di tahun pertama, subsidi pangan murah, kemudahan mendapatkan pupuk bersubsidi bagi petani dan solar bagi nelayan, peningkatan BOS daerah untuk madrasah aliyah, peningkatan insentif bagi guru madin dan sekolah keagamaan, desalinasi air laut, peningkatan TPP bagi ASN, hingga kartu zilenial dengan berbagai akses program bagi generasi Z dan milenial.
Program populis ini memiliki efek terhadap elektabilitas Paslon 02 setidaknya dilevel pemilih rasional. Terlebih ketika kemudian diperkuat dengan komitmen kesebangunan dengan program pemerintah pusat seperti penghapusan hutang bagi UMKM, petani, nelayan dan insentif bagi petani milenial.
Keenam, berkah dari pola ‘patner’ atau ‘tandem’ dengan calon bupati-wakil bupati dan calon walikota-wakil walikota. Dengan berbagai variasi soliditasnya, mereka menjadi juru kampanye sekaligus mesin politik bagi Paslon 02. Di sejumlah daerah bahkan Paslon 02 ikut dikampanyekan oleh lebih dari satu paslon misalnya saja di Kab Pati, Kota Salatiga, dan Kabupaten Rembang.
Pada akhirnya, Pilgub adalah bagian dari demokrasi prosedural. Kedepan, menjadikan demokrasi bekerja secara substansial sangatlah penting.
Ia lantas mengutip yang disampaikan Ahmad Luthfi pada debat terakhir, tentang filosofi Jawa sebagai dasar kepemimpinan dan pondasi pembangunan. Menang tanpa ngasorake, saling menghormati, tanpa merendahkan.
Terdapat gagasan Paslon 01 yang progresif untuk diadopsi dan melengkapi program Paslon 02. Misalnya berkaitan dengan penguatan teknologi bagi nelayan dan penggunaan satelit untuk jaringan internet.
“Berikutnya adalah Gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo, inilah yang perlu kita nanti dan kawal kedepan. Menunaikan apa yang telah dijanjikan untuk mewujudkan Jawa Tengah maju dan berkelanjutan, Ngopeni lan Ngelakoni,” tandasnya. (sup*)