Awas!!! Arus Rip Mengintai Wisatawan Pantai Glagah

oleh -208 Dilihat
oleh
Mercusuar pantai Glagah, Kulon Progo

Tiga pantai di Kabupaten Kulon Progo ini menarik ditelisik. Ada pantai Trisik, pantai Bugel, dan pantai Glagah. Nama pantai Glagah yang paling ramai, banyak dikunjungi wisatawan, serta paling banyak mendapat perhatian pemerintah setempat.

Ditulis oleh: 
Yatin Suwarno

Akses menuju pantai Glagah sudah bagus, banyak fasilitas penunjang seperti hotel dan restoran, pusat jajanan dan oleh-oleh, ada juga tempat bermain anak-anak. Kehadiran Yogyakarta International Airport menambah daya tarik wisatawan. Wisatawan bisa melihat dari dekat hilir mudiknya pesawat, saat mau landing maupun ketika take off.

Seperti halnya di tempat lain, selain menikmati panorama, banyak wisatawan yang ingin mandi atau sekadar bermain air di pantai. Namun di balik keindahan panorama tersebut ada ancaman yang mengintai para wisatawan.

Mungkin belum banyak orang dengar, ada arus rip yang bisa menyeret wisatawan yang   sedang berenang atau sekedar bermain air di tepian pantai. Dari sebuah sumber menyebutkan, dalam lima tahun terakhir rata-rata 28 orang meninggal terseret arus rip di pantai selatan Jawa dari Pandeglang sampai Banyuwangi.

Sering orang awam mengira bahwa kecelakaan di laut karena gelombang (ombak) laut selatan besar. Padahal beda antara gelombang (ombak) dan arus. Gelombang laut merupakan pergerakan naik turunnya air laut yang tidak disertai dengan perpindahan massa dari air laut tersebut. Sementara yang disebut dengan arus adalah pergerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain.

Pergerakan arus laut ini ke arah horizontal, sementara pergerakan gelombang laut ke arah vertikal sehingga massa air tidak berpindah ke tempat lain, hanya naik turun saja.

Menurut Dr. Wahyudi Citrosupomo, dosen Oseanografi Institut Teknologi Sepuluh November, ada tiga tipe arus di panta, yaitu: arus karena proses pasang surut, arus permukaan karena tiupan angin, dan arus yang ditimbulkan oleh gelombang pecah. Arus yang terakhir meliputi sistem sirkulasi sel arus rip (rip current) dan sistem arus sepanjang pantai (longshore current).

“Tidak ada arus yang sekuat dan berpotensi mematikan kecuali arus rip. Arus rip bisa mengalir dengan kecepatan lebih dari 2 m/detik ke arah laut lepas, dan tak ada manusia yang mampu melawannya,” jelas Dr. Wahyudi.

Dikutip dari Kelompok Peduli Arus Rip, arus rip mengalir dari dekat garis pantai menuju laut lepas. Adanya di perairan dangkal dan sempit tapi deras atau sangat deras, pada perairan yang tampak tenang tidak ada buih dan gelombang pecah.

Rip  banyak ditemukan di laut selatan atau di laut yang gelombangnya besar, sering terjadi di bagian yang cekung ke arah laut atau teluk, pada pantai yang lurus arus rip mengalir di antara endapan pasir  di depan garis  pantai yang tampak ketika air surut, selalu terjadi di samping tanjung atau bangunan yang menjorok ke laut.

Cara menghindari dan menyelamatkan yaitu: jangan mandi di laut jika tak bisa berenang, mendampingi anak-anak dan manula yg sedang mandi, jangan mandi di perairan yang tampak tenang tapi di kanan kirinya banyak buih dari gelombang pecah, taatlah kepada peraturan dan instruksi penjaga pantai, jangan mandi di area yang dipasang bendera merah, jangan mandi memakai pakaian  warna laut (biru/hijau), jika terseret arus rip jangan dilawan, berenanglah ke samping, berteriak dan lambaikan tangan minta pertolongan.

Saatnya semua pihak terutama Pemda Kulon Progo melakukan tindakan mencegah kejadian tragis. Langkah yang segera dilakukan antara lain (1) memberikan pengetahuan, pelatihan atau bimbinhgan teknis kepada semua pihak tentang seluk beluk arus rip; (2) mengidentifikasi lokasi potensi terjadinya arus rip; (3) memasang rambu petunjuk keberadaan arus rip, larangan mandi, hanya pengunjung yang mahir berenang yang diperbolehkan, dan peringatan kewaspadaan; (4) memasang SOP cara menyelamatkan diri. Pemda Kulon Progo seyogyanya bekerja sama dengan para ahlinya, baik dari Perguruan Tinggi maupun dari Kelompok Pemerhati arus rip.

Penulis adalah Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan perantau Kulon Progo di Jabodetabek.