Bicara Fiqih Peradaban, Nawal Yasin Ajak Wanita Teladani Wawasan Kebangsaan Mbah Maimoen

oleh -31 Dilihat

KENDAL,KABARNO.COM – Hj. Nawal Nur Arafah, M.Si. Istri Cawagub Jateng Suara Terbanyak, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), mengatakan, perempuan harus belajar fiqih peradaban. Sebab, wanita punya potensi besar untuk tegaknya peradaban suatu negara. Bicara fiqih peradaban, kita harus belajar diksi dari wawasan kebangsaan Mbah Maimoen Zubair.

Hal itu dikatakan Nawal Yasin panggilan akrabnya, saat menghadiri sekaligus menjadi pemateri “Ngaji Kebangsaan dalam rangka Halaqoh Fiqih Peradaban dan Relevansi Peran Perempuan dalam Berbangsa dan Bernegara”, di Pendopo Tumenggung Kabupaten Kendal, Sabtu, 28 Desember 2024.

Nawal Yasin yang menyampaikan materi dengan tema “Fiqih Kebangsaan” menyampaikan, kalau kita bicara diksi berbangsa dan bernegara, kita bisa berkaca dari pola pikir kebangsaan yang diajarkan oleh Mbah Maimoen Zubair.

Kyai kharismatik yang sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang itu, menurut Nawal Yasin punya pemahaman yang istimewa terhadap kebangsaan.

“Kita semua tahu, Mbah Maimoen Ulama yang memiliki wawasan kebangsaan dan nasionalisme yang sangat tinggi. Beliau menganalogikan wawasan kebangsaan dan Pancaslila kita itu seperti Surat Al ‘Alaq ayat 1-5. Jadi sila-sila Pancasila dari sila ke satu hingga kelima itu cocok sekali dengan ayat-ayat Surat Al ‘Alaq. Sehingga Mbah Moen katakan Ideologi Pancasila itu tidak bertentangan dengan agama Islam,”kata menantu Mbah Maimoen Zubair itu.

Misalnya ayat pertama, kata Ning Nawal, berbunyi iqra’ bismi rabbikalladzî khalaq. Artinya, iqro bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan. Artinya kalau sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Ini sangat cocok baik kata-kata maupun esensinya antara ayat pertama surat Al ‘Alaq dengan sila pertama Pancasila,” ucap Ning Nawal, di depan para Kyai, pejabat, tokoh masyarakat, dan hadirin Muslimat maupun Fatayat NU kabupaten Kendal.

Ayat kedua, tambah Nawal Yasin, khalaqal-insâna min ‘alaq. Artinya, Dia (Alloh) menciptakan manusia dari segumpal darah. Sila kedua Pancasila berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya manusia itu sedarah dan bersaudara maka harus adil terhadap sesama.

“Ayat ketiga berbunyi, iqra’ wa rabbukal-akram, artinya Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha mulia. Sila ketiga Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia. Artinya persatuan tidak akan tercapai tanpa adanya kemuliaan,”tambah Nawal Yasin.

Sila Keempat Pancasila

Ayat keempat, alladzî ‘allama bil-qalam. Artinya yang mengajar (manusia) dengan pena (qalam). Sila keempat Pancasila berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

“Sila keempat digabung dengan sipa ke lima punya arti, dengan qalam lah kita bisa mencapai peradaban (kebijaksanaan).”

Lalu ayat terakhir berbunyi, kalla innal-insana layathgha. Artinya, Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas.

“Ingatlah kata Mbah Maimoen, manusia itu sering kali melampaui batas. Ada yang tidak cantik jadinya kemayu, ada yang tidak pintar jadinya keminter, ada yang tidak kaya jadinya sumugih. Orang itu tidak boleh merasa kaya sampai melampaui batas sehingga tidak punya rasa peduli kepada sosial. Ini adalah sila ke lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ,”kata alumni Bilad Al Sham University Cabang Mujamma’ Syekh Ahmad Kaftaro, Damaskus, Syria itu.

” Itulah ajaran Mbah Maimoen, beliau juga sering menganalogikan PBNU. P Pancasila B Bhinneka Tunggal Ika, N NKRI, U Undang-Undang Dasar 45. Beliau juga manganalogikan 17 Agustus 1945. Tujuh belas adalah jumlah rokaat sholat wajib kita sehari semalam, 19, 1 adalah Keesaan Allah, 9 adalah kalau kita pengin selamat dunia akherat harus mengikuti 9 orang, siapa sembilan orang ini? Beliau adalah Rosullulloh SAW, Abubakar, Umar, Usman, Ali, dan mazhaibul arba’ah (empat mazab). Lalu 45 adalah empat sehat lima sempurna,”imbuh Nawal Yasin sambil tertawa.

Menurut Nawal Yasin, sebagai perempuan kita butuh fikroh (cara berfikir) Mbah Maimoen. Butuh wawasan kebangsaan yang kuat supaya mudah menerima perbedaan. Sehingga mampu mengamalkan ajaran Islam yang mendamaikan.

“Inilah pentingnya belajar fiqih peradaban, fiqih yang tidak hanya melihat sesuatu secara tekstual. Tetapi menerapkan fiqih dengan mempertimbangkan perkembangan yang ada. Sehingga fiqih mampu memberi solusi, tidak hanya menghukumi salah dan benar, boleh dan tidak seperti yang ada di dalam kitab, tetapi fiqih yang menjawab perkembangan zaman. Itulah fiqih hadoroh (fiqih peradaban) yang dikampanyekan PBNU saat ini,”ucapnya.

Kegiatan ini juga dihadiri Ketua PC Fatayat NU Kendal, Siti Nikmalatif, Pj Sekda Kendal Agus Dwi Lestari, Ketua PC NU Kendal Abah Dr Mumtasiqin, Wabub terpilih Kendal H Beni Karnadi, Hj Niken Larasati Ketua Muslimat NU Kendal, dan Pembina Ikatan Hafidoh Fatayat NU Kendal, Dr. Hj Lutfiyah. (sup)