CAKRUK: Sabdo Asmoro Kiai Njenar

oleh -178 Dilihat
oleh

Sore-sore Cakruke wes rome. Ki Mbero yang datang pertama sudah langsung pasang aksi. Denpur yang berikutnya muncul, digebrak dengan kata-kata yang menonjok hati. Apalagi, sepertinya Denpur njarak membahas soal Dik Anis, gadis manis yang ia condro memiliki hidung mancung.

“Do ora ono sing wani…wedi karo bu…” Kalimat ini menjadi bumerang buat Denpur sendiri. Ia benar-benar seorang diri, karena Densus yang sesekali membantunya menghadapi jago-jago ulung, tidak muncul sore ini.

“Dasare ra karep, rung bejane,” kata Kiai Njenar yang kadingaren berkenan membicarakan soal olah asmoro poro mudo.

“Haiyo, tuwas mindik-mindik nyedhaki kakangne nyatane yo kliwat kok yo Kiai. Iki makili Densus ro Denpur,” gempur Ki Mbero dalam sekali gebrak. Melihat kuda-kuda kukuh Ki Mbero, semua mulai ancang-ancang. Sepertinya, pergumulan sore ini bakalan seru. Soalnya yang berlaga pilih tanding semua.

“Pengin wani-wani pitak ra, dadi dasar nasib…” lemparan kalimat Kiai Njenar kembali mengudara. Tidak jelas siapa yang ingin disasar, tapi kalimat itu seperti sebuah umpan lambung yang membuat Ki Mbero berada di atas angin.

“Tuwas wes nggapyaki ngapiki silramu jeh Kiai..Jebul adimu digayuh luput.” Loh rak tenan. Ki Mbero mulai tegelan sama Denpur. Dari soal nggayuh Dik Anis yang gagal total, ia kembali ngudal-udal wadi, membuka lebar wadi yang bagi Denpur sangat sinengker.

“Menungso ki gor jongko lan kerso, Gusti kang paring pesti,” nah ini kalimat bijak Kiai Njenar mulai keluar. Sebuah sabdo asmoro yang sangat langka. Maka, semua langsung menyimak kelanjutkan kalimat kiai waskita dari tlatah kulon kali itu.

“Mulane bebasan dijangka tuna, digayuh luput. Pancen udu pestine,” timpal Ki Mbero yang ikut-ikutan menjadi bijak begitu mendengar sabdo Kiai Njenar. Ia tidak ingin mendapat serangan baru, jika melawan arus.

“Paribasan, cukla-cukli bermono sandi, anglampahi mesu rogo, nggodhong aking. Snajan cedhak orang kecandhak, nyanding bisa nglinding, kesawang dadi ilang. “ Wah abot iki. Berat ini, Ki Mbero sudah mulai mengeluarkan ilmu langka. Semua minggir. Denpur pun mlipir, lalu menyingkir.(kib)