Jam pelajaran kosong. Tak ada yang lebih mengasyikan selain jam pelajaran kosong. He…he…he…Eit tapi enggak sih. Soalnya, yang kosong justru pelajaran seni

Kemarin, Sabtu yang  sungguh melelahkan. Gue benar-benar dibuat capek. Jadinya, hari ini, gue hanya pengin rebahan, sambil  ngedengerin lagu-lagu yang merdu. Gak

Teriakan itu, nyaring, seperti lengking Bu Mar, guru kesenian yang hobi banget nyanyi seriosa. “H-1 nih H-1!!! Mana persiapannya?? Masih gini-gini aja

Hujan… aku menyukaimu. Sangat menyukaimu. Ketika bersamaku, menghabiskan waktu bersama di daratan yang luas ini. Namun, ada kala aku membencimu. Tahu kenapa?

AH, pekan yang melalahkan.  Hari ini, hari Minggu yang segar tapi sebentar. Soalnya, dari Kamis kemarin, gue udah digebuki ama materi mid

Sudah. Sudah kembali tawar perasaan Indrajit saat menyusuri jalanan menuju terminal, sore itu. Di sampingnya, Hestirini juga meresapi kelegaan, karena tidak harus

Siang sudah mendekati ujung, saat Indrajit dan Hestirini masih bisu di pinggir jalan. Menjadi patung, melengkapi lalu-lalang jalanan yang mulai reda untuk

Hestirini menunggu sangat lama. Menunggu Indrajit bangun dari melamun. Agak aneh memang, melamun sambil memandang dengan mata berpedang. Tajam tak terpejam. Baru

Hestirini dan Indrajit berjalan amat pelan, seolah wegah, satu satu langkah melemah, meninggalkan Gadingan. Tidak ke arah timur, tempat angkutan umum ngetem,

Senyap merayap, menghambat dengan pekat detak detik yang sulit. Kata-kata memang sulit terucap, di saat-saat seperti itu. Indrajit masih tidak tahu harus