Cinta sedang menjerat rekat hati Indrajit sehingga membuatnya kehilangan kata-kata. Lebih rumit lagi, pada saat bersamaan, cinta itu, memberi dilema yang sulit
ACI-31: Hanya Aku Pemilik Hatimu yang Sesungguhnya
Akhirnya, siang datang. Indrajit bergegas, melompat ke pintu kelas paling cepat. Ia tak peduli teriakan semua orang. Juga Tukijo yang setengah berlari
ACI-30: Hari Berseri, Sebentar lagi Bertemu Hestirini
Ada cinta di hatimu, bagiku sudah cukup. Kemarin atau hari ini, sama saja. Tak ada yang harus ditangisi, selama cinta tetap menatap
ACI-29: Misteri Setangkai Flamboyan Kering
Tidak ada yang bahagia dengan cinta bisu seperti itu. Indrajit sadar, seperti juga Hestirini barangkali memahami. Mereka telah terjebak dalam cinta diam
ACI-28: Cinta yang Sulit Dibaca
Indrajit masih ngungun. Kembali ngungun dengan rahasia yang disimpan Hestirini selama ini. Ia tak pernah mengerti karena memang tidak memiliki waktu untuk
ACI-28: Cukup dengan Tulisan ACI di meja Kelasmu Itu
Tertegun, ngungun, tapi hatinya tersentuh oleh kalimat-kalimat di buku lawas itu. Yang ia ingat adalah tulisan itu. Tulisan yang membawanya kembali ke
ACI-27: Awas Loh kalau sudah Ketaman Asmoro…
Angkutan umum bergerak perlahan. Indrajit dan Hestirini terguncang sebentar, sebelum jemari gadis dengan mata elang itu, mencari pegangan di tangan Indrajit. Tidak
ACI-26: Senange kok Mbebedo Ati
Perih di hati Indrajit memudar dalam pendar saat Hestirini memberi senyum yang agak berbeda. Senyum tanpa aroma sinis, kali ini. Dan, masih
ACI-25: Sombongmu kok Ora Ilang-ilang Ket Mbiyen
Lama. Tidak ada yang bersuara, selain hanya saling bertemu tatapan sesekali, untuk kemudian mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan alasan memandang arah lain.
ACI-24: Nek Njenengan Jak Dolan Yo Ora Nolak
Bertemu Eko memberi hati Indrajit berseri. Ia seperti sudah melupakan keruwetan di sekolahnya. Persoalan-persoalan organisasi, pelajaran, dan terutama dilema Rini dan Indah,
- Sebelumnya
- 1
- …
- 3
- 4
- 5
- …
- 7
- Berikutnya