Sore sudah datang. Dari dapur, sudah terdengar ibu menyiapkan makan malam. Bukan makan malam seperti orang-orang kaya, tapi sekadar makan sebelum malam
Senenge Ketemu Konco Lawas, Sayange Mantan Ra Teko
Suasana nostalgia mengalir bersama kebahagiaan yang menyusup di antara wajah-wajah yang tak lagi muda. Lebih dari 30 tahun silam, mereka yang berkumpul
Pilih Jeneng Kok Bawang…
Ini masih tentang nama paraban. Cerita yang agak aneh dan nama yang tidak lazim. Jadi begini, saat itu, Kampung mBanaran memasuki malam.
Isikisi Basakasa Gasayusul, Ini Bahasa Gaul Jombokarta
Ini cara anak muda Jombokarta (sekali lagi ini sebutan khas komunitas kami untuk Dusun Jombokan dengan harapan menjadi lebih karto lan raharjo)
Liwat Ngglagah, Kelingan ro Pak Gurin
Tadi sore, saya kembali lewat jalan menuju pantai Glagah. Sepi. Jalanan sudah mulus karena sedang dalam pembangunan Bandara baru. Tapi masih sesempit
Mie Godhok Pak Pele, Tombo Kangen
Malam bergerak, ketika Jogjakarta sedang diterangi lampu-lampu jalanan. Dari pusat keramaian Malioboro, kaki dibawa ‘turun’, bahasa para penghuni jalanan legendaris itu, untuk
Menengadah di Glagah Sebelum Kenangan itu Hilang
DEBURAN ombak menggema. Menyentuh bibir pantai yang bisu. Terlihat, senja bergerak, menuju gelap, meninggalkan pesona magis pantai Glagah, Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta.
Nostalgia Bersama Yamaha Tua…
Begitulah. Motor 75 sedang menjadi tren di Jogja dan sekitarnya. Juga di wilayah Wates, kabupaten paling barat DIY. Mereka yang cinta motor
Dino Iki, 86 Kepungkur Wates Nduwe Tugu Chino
Dino iki, 23 Desember 2017. Liwato Teteg Wetan. Lewatlah pintu kereta di timur Stasiun Wates. Lalu melihat tugu bentuk Pagoda warna putih
- Sebelumnya
- 1
- 2
- 3