Ki Amat Aji yo Mbah Amat, ngudoroso. Ia merasa mendapat tugas berat karena tiba-tiba diberi sebutan Mbah. ia berusa protes pada
Api Cinta (24): Yang Penting Hadir & Mengalir
Paidi mendapat pelajaran yang sangat berharga. Banjir yang menyeret badan kecilnya, dapat diikuti dengan mengikuti air yang mengalir. Tidak melawan arus air
CAKRUK: Saat Ki Mbero Tak Kunjung Njedul
Sudah berhari-hari Cakruke komplang. Nyenyet ra ono benine. Sepanjang hari kemarin, sudah pasti karena atine podo kekes menyambut gerhana bulan total. Ngedap-edapi
Sholat Gerhana di Masjid Jombokan, Khusuk
Gerhana bulan total, sepertinya tidak begitu jelas, menghampiri langit Jombokan. Hanya sak klebatan, karena lebih banyak tertutup gelap. Tapi dalam sebuah
KATURANGGAN: Memacu Syahdu dalam Rengkuh Padma Nagara
Ini tipe wanita yang umum dijumpai. Tidak mirip benar, tapi secara fisik mudah ditemukan di setiap tempat. Tubuhnya banthak, kekar karena kerja
Api Cinta (22): Mengendap-endap, Paidi Pulang
Ujung gethek, dilalui. Paidi mulai cemas dalam kedinginan dan mual akibat banyaknya air yang mulai masuk perutnya. Pertengahan gethek juga sudah dilalui.
KATURANGGAN: Berbagi Gairah Bersama Padmasari Leledang
Ini tipe wanita yang juga menjadi dambaan kaum pria. Memiliki paras yang menawan, berkawan dengan hari-hari yang menyenangkan, serta yang utama, mampu
Api Cinta (21): Paidi Terseret Arus Deras
Paidi yang belum beranjak remaja menyertai orang tuanya hijrah ke kampung Madanom, ibunya yang berjarak tidak lebih dari 50 kilometer. Perkampungan yang
Mbah Amat Melarang Ki Bawang Protes
“Ini soal pendapat pribadi, Ki Bawang!” ujug-ujug Mbah Amat menyampaikan kata-katanya langsung dihadapan Ki Bawang. “Sampeyan itu terlalu egois, mementingkan diri sendiri,
Mbah Amat Kehabaisan Ide Baru
Hari ini Mbah Amat harus merenungi diri, perjumpaan dengan Ki Bawang harus dikurangi intensitasnya. Soalnya kalau tiap hari berjumpa tentu akan membosankan
- Sebelumnya
- 1
- …
- 192
- 193
- 194
- …
- 198
- Berikutnya