Berada di tengah kota, tempat ini dikenal sebagai kawasan Pecinan Semarang. Arahnya 1 km ke selatan dari Kota Lama Semarang. Suasana Tionghoa memang terasa betul di sana.
Orang kemudian mengenalnya sebagai Kampung Pecinan, karena memang sejak berabad-abad silam, leluhur mereka dari Tiongkok menetap di Semarang. Dengan begitu, budaya Tionghoa ketal terasa, misalnya saja hampir di setiap gang dijumpai klenteng, lengkap dengan cerita keistimewaan sendiri-sendiri.
Dari 11 klenteng besar di kota Semarang, ada 10 yang berdiri di kawasan ini: Klenteng Siu Hok Bio, Hoo Hok Bio, Kong Tik Soe, Tay Kak Sie, Tong Pek Bio, Liong Hok Bio, Tek Hay Bio, Wie Wie Kiong, See Hoo Kong, dan Klenteng Grajen. Sedang Klenteng Sam Poo Kong berada di Gedung Batu.
Semua klenteng itu, mempesona. Bukan hanya karena bangunannya yang sudah tua dan langka, tapi juga cerita di balik perjalanan sejarahnya. Klenteng Sam Poo Kong contohnya, sudah masyur bagi masyarakat Kota Semarang.
Legenda keperkasaan Laksamana Cheng Ho tersimpan di sini. Dan yang istimewa, klenteng ini juga dikunjungi masyarakat dari berbagai agama, termasuk agama Islam. Laksamana Cheng Ho adalah orang Cina tetapi beragama Islam. Di klenteng ini tersimpan kemudi dan jangkar kapal Laksamana Cheng Ho yang digunakan pada waktu berlayar ke Pulau Jawa sekitar tahun 1406.
Setelah Klenteng Sam Poo Kong, ada pula klenteng Siu Hok Bio di Jalan Wotgandul Timur yang saat ini merupakan klenteng tertua karena sudah berdiri sejak tahun 1753.
Banyak peninggalan bersejarah pada klenteng ini. “Salah satu yang terpenting, di klengen ini masih tersimpan cincin pegangan pintu dan ukiran pada lambang atas pintu klenteng,” kata Rakyan Dohan, seorang pemerhati budaya dan penyuka kota tua.
Selain dua klenteng tadi, masih ada satu klenteng yang juga tidak biasa. Namanya Klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok. Ini adalah klenteng induk bagi seluruh klenteng yang ada di Semarang.
Selain menjadi monumen perlawanan masyarakat Cina terhadap penjajahan Belanda, klenteng ini juga menjadi simbol perlawanan masyarakat Cina terhadap kecurangan saudagar Yahudi yang menguasai Klenteng Sam Poo Kong.
Sementara itu, klenteng besar di kawasan pecinan Kota Semarang adalah Klenteng Wie Wie Kiong di Jalan Sebandaran I. Klenteng ini memiliki kolam hias di atrium depannya yang menjadi simbol bahwa semua masalah bisa diselesaikan. Keunikan klenteng ini adalah adanya beberapa patung manusia yang bentuknya dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa.
Klenteng besar lain ada di Jalan Sebandaran I. Namanya Klenteng See Hoo Kiong. Berbeda dengan klenteng lain yang memuja dewa-dewi pelindung, klenteng ini memuja Dewa Pedang. Pedang itu, konon ditemukan di sebuah sumur yang terletak di halaman depan klenteng.
Salah lagi klenteng besar di sini. Namanya Klenteng Tek Hay Bio. Nama Tek Hay Bio berarti Kuil Penenang Samudera sehingga klenteng ini disebut juga sebagai Klenteng Samudera Indonesia. Ornamennya dominasi unsur laut. Klenteng yang berada di Jalan Gang Pinggir ini milik marga Kwee.(kib)