Haji Marija Bertemu para Pedagang di Kalurahan Banaran

oleh -173 Dilihat
oleh

Niat pulang kampung ikut mbangun Kulon Progo dilakukan Haji Marija ST, MM, MT dilakukan sungguh-sungguh. Nyaris setiap hari bergerak, bertemu masyarakat, menyerap keluhan dan aspirasi, datang ke banyak tempat.

Pekan lalu, Pak Haji, bawa mobil bersama keluarga, menempuh perjalanan Kulon Progo-Jakarta, untuk menghadiri HUT komunitas Kulon Progo Di Jabodetabek (KPDJ) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Kemarin, pria kelahiran Cermai, Panjatan, Kulon Progo ini, bertemu sejumlah pelaku UMKM di warungnya Yu Narsih di Kalurahan Banaran, Kapenewon Galur.  Tidak hanya Yu Narsih yang menyambut tapi beberapa pemilik usaha warung.

Kedatangan Pak Marija memang sengaja, sebagai Ketua Pejuang Pedagang Pasar Indonesia Raya (Papera) Cabang Kulon Progo. Beberapa pedagang yang datang, adalah anggota Papera yang sedang merintis usaha.

“Saya ingin memastikan usaha yang dirintis anggota Papera, betul-betul berjalan dan berkembang. Saya juga ingin memberikan semangat agar terus berusaha dan berjuang sehingga bisa maju,” kata mantan pejabat di sejumlah posisi penting di Kabupaten Sragen Jawa Tengah ini.

 

Untuk urusan memajukan bisnis, ayah tiga anak ini, memang memiliki pengalamannya panjang. Selain itu, ia juga banyak terlibat dalam menciptakan ekosistem usaha di sejumlah wilayah di tanah air. Pengalaman berada di pemerintahan yang memberinya banyak pengetahuan tentang membangun sebuah wilayah. Tidak sekadar berpengalaman, karena pengalaman Haji Marija lengkap di banyak tempat.

 

Benar. Pria kelahiran Kulon Progo 8 Januari 1962 ini, mengabdi banyak kota dengan sejumlah tanggungjawab yang tidak ringan. Terakhir, ayah tiga anak ini purna tugas sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang di Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Itu terjadi pada 1 Februari 2022, yang berarti belum genap satu tahun lalu.

Setelah pensiun, H Marija, ST, MM, MT pulang kampung ke Kulon Progo. Niatnya ikut mbangun deso, mengamalkan semua ilmu dan pengalamannya selama puluhan tahun menjadi orang Pekerjaan Umum (PU).

“Saya sengaja pulang kampung, bukan semata ingin menghabiskan hari tua di tanah kelahiran, tapi berusaha ikut berperan di Kulon Progo,” kata Pak Marjia yang kini tinggal di Kalurahan Cerme, Kapanewon Panjatan.

Melihat pengalamannya yang panjang, memang tidak ada alasan bagi Marija untuk berpangku tangan, menikmati masa tua. Lihat saja, deretan tak pendek perjalanannya menempa diri di banyak tempat, sejak resmi menjadi ASN di Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta.

Dari ibukota, Marija hijrah ke Nusa Tenggara Barat (NTB). Alumni SDN Panjatan ini, menangani proyek irigasi di Kanwil DPU NTB. Beberapa tahun kemudian, pindah lagi ke Kabupaten Sragen.

Di Sragen, karir  lulusan SMPN Panjatan ini, semakin kuat. Sealin pernah menjadi Asisten I Bidang Pemerintahan di Pemkab Sragen, Marija pernah memimpin Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen.

Setelah jadi Kepala Dinas PU, almuni STM Negeri Wates ini, dipercaya menajdi Kepada Dinas Lingkungan Hidup sebelum akhirnya kembali menempati posisi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Sragen, hingga purna tugas.

Merantau sejak belia, Marija terus belajar dan menempa diri, menjadi sosok yang pinunjul. Karir pendidikannya juga panjang. Setelah lulus STM Negeri, kuliahnya dirampungkan di Kota Mataram. Ia mengambil S1 Teknik Sipil.

Dua gelar master dirampungkan di dua dispilin ilmu berbeda. S2 bidang ekonomi managemen diselesaikan di sebuah universtas di Surabaya. Sedang S2 Teknik Sipil, dirampungkan di Surakarta.

Mempunyai karir panjang di banyak tempat, pak Marija dan sang istri,  Hj. Listyati katriningsih ,SH yang juga seorang  ASN sukses membesarkan tiga buah hati dengan baik. Kini, tiga anak-anak Pak Marija juga berhasil membangun karir di bidang masing-masing. Si sulung Rialiska Teja murti ,ST, dan si bungsu M Danudoro, ST,  berkarir di  BUMN. Sementara anak kedua,   dr, Balqis Kartika Murti  adalah dokter Sepesialis  THT KL di  RSU di Solo.

Lahir dari orang desa, Haji Marija mengisahkan sejarah hidup leluhurnya, yang kebanyakan menjadi petani atau pedagang. Tapi kakeknya yang asli Gothakan, bisa jadi bukan orang-orang sembarangan,  melainkan tokoh-tokoh dari masa silam. Dari nama-nama eyangnya, Eyang Dipowikromo atau Eyang Buyutnya, Dipojoyo, publik barangkali bisa melacak jejak sejarahnya di masa lampau. (ir)