Gelaran Turnamen Bulutangkis Sahabat Ngopi II selesai digelar selama dua hari, Sabtu dan Minggu kemarin. Hasilnya, membanggakan. Para juara didominasi anak-anak muda. Dan, meski dibatasi aturan protokol kesehatan yang diterapkan panitia, inilah bibit-bibit unggul pemain bulutangkis Kulon Progo dari perantauan.
Dengan spirit sehat, semua yang terlibat dalam pertandingan, mulai daria pemain, hingga panitia, menjalankan tiga M: mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak.
“Dari pengamatan saya pribadi banyak anak anak muda kita khususnya perantau dari Kulon Progo atau keturunan Kulon Progo yangg sangat berpotensial untuk menjadi pemain professional. Bahkan saat ikut turnamen kemarin mereka baru berumur belasan tahun. Itu saja sudah berprestasi,” kata Iwan Codet, Tokoh KPDJ yang pada Turnamen Sahabat Ngopi II menjadi Ketua Tim Teknis Lapangan yang sangat sibuk menjalankan pertandingan.
Hasil pertandingan Sahabat Ngopi II tanggal 17-18 Oktober 2020 kemarin, memang dimenangi anak-anak muda, meski didampingi para senior. Juara pertama, Agustinus Junior baru kelas 2 SMP. Ia didampingi sang ayah sebagai pasangan. Juara kedua, Reza Mustafa yang didamapingi ayahnya sebagai pasangan, juga masih berusia 22 tahun.
Perjuangan Agustinus Junior dan sang ayah menuju podium juara pertama, sangat tidak mudah. Karena harus mengakhiri perlawanan jago-jago badminton. Di babak pertama keduanya menyingkirkan pasangan Sholeh dan Aris yang merupakan wakil dari Pengkab PBSI Kulon Progo.
Pada babak selanjutnya, dua Agus menyingkirkan Teguh Untoro dan Tejo, lalu di perempat final mengandaskan perjuangan Prastowo dan Sulistyo. Setelah menyudahi perlawanan Bayu Firmansyah dan Indra, Agustinus dan Agustinus Junior, melawan habis-habisan pasangan Saiful Ahmad yang berpasangan dengan putranya, Reza Mustafa dengan skor yang saling berkejaran.
Melihat potensi seperti itu, tokoh-tokoh Sahabat Ngopi seperti Sri Sariwani ata Rohmad Akhiri sepakat mengembangkan anak-anak muda Kulon Progo itu menjadi bibit unggul. “Bisa dimantabkan dalam pebinaan,” kata Bu Sri.
Setelah Turnamen Sahabat Ngopi II, menurut Rohmad Akhiri harus segera difikirkan kelanjutannya. “Barangkali bisa dibuat turnamen lagi tapi dibatasi usia. Misalnya di bawah 20 tahun. Siapa tahu banyak muncul bibit-bibit baru yang lain,” katanya.
Menanggapi ide-ide menarik itu, Mbah Yatno Alimonsa langsung menyiapkan skema event berikutnya. Selain berencana menggelar pertandingan di Kulon Progo, akan dicarikan jalan agar potensi anak-anak muda bisa dioptimalkan. “Mungkin kita bisa membuat beasiswa bulutangkis untuk adik-adik kita,” ungkap Mbah Ali yang salah seorang penggagas forum Sahabat Ngopi Kulon Progo.
Senada dengan Mbah Ali, Mas Sutrisno Yulianto yang juga salah seorang penggagas Sahabat Ngopi, setuju melanjutkan pencarian bibit unggul bulutangkis. “Kita bisa bergotong-royong. Perantau Kulon Progo sangat berpotensi membangun kegotongroyongan dalam segala hal, termasuk memberi beasiswa bulutangkis,” tegasnya.(pitu)