Sebuah nama yang ndeso untuk ukuran nama cafe atau resto. Begitupun menu yang disajikantidak kalah ndeso. Bagaimana Kopi Thiwul 87 lahir dan apa mimpi yang ingin diraij para pendiri? Inilah kisah dibalik kelahiran cafe and resto bernama Kopi Thiwul 87.
Berawal dari pembentukan grup wa yang beranggotakan tigabelas orang. Selain untuk hiburan, anggota grup wa ini mengadakan arisan yang ditarik setiap bulan. Tak terlalu besar, namun semangat silaturahmi dan berbagi inspirasi serta saling menguatkan jika ada musibah yang membuat grup wa ini hidup dan tak pernah sepi.
Pembicaraan yang awalnya santai dan tak berpunya tujuan, mendadak menjadi sangat serius ketika membicarakan apa yang bisa dilakukan untuk tanah kelahiran Kulon Progo. Makin banyak investor dari kota besar yang berbisnis dengan modal besar dan membawa tenaga kerja terlatih yang mereka miliki. Walau belum memiliki data berdasar survei, namun dapat dirasakan bahwa warga lokal kian tersisih oleh derunya perubahan, pembangunan, serta kemajuan kabupaten Kulon Progo.
Terfikir dari diskusi lewat wa untuk membuat sebuah tempat ngopi, makan, dan nongkrong. Tentu bukan restoran berkonsep modern, namun makanan ndeso yang mungkin dikangeni oleh para perantau atau para senior yang sudah lama lupa rasa makanan ndeso saat kecil dulu. Dengan niat untuk bisa memberdayakan warga lokal, akhirnya disepkati membuka sebuah usaha rumah makan.
Lalu satu rekan dari tigabelas anggota grup wa yang tak lain adalah Mas Triyanto Raharjo menawarkan sebuah lokasi untuk bisa digunakan. Lokasi yang sangat representatif dengan luas yang ideal. Alamat lengkapnya ada di mmmmm, Kalimenur, RT 07 RW 04, Sukoreno, Kapenewon Sentolo, Kulon Progo.
Tak sulit mencari lokasinya. Jika dari arah kota Wates menuju Jogjakarta, setelah melewati tugu pensil, ada pom bensin dan setelah pom bensin tersebut kira-kira 200 meter belok ke kiri.
Mengenai nama tempat makan ini sebenarnya diambil dari nama grup wa “Sedulur Thiwul”. Grup wa ini sendiri mengambil nama sedulur karena keinginan untuk terus memelihara paseduluruan atau persaudaraan. Thiwul yang merupakan nama makanan tradisional terbuat dari singkong yang saat ini tidak lagi mudah untuk didapatkan. Thiwul mengingatkan jaman kecil dulu dimana alternatif pengganti nasi. Nasi adalah barang mewah saat masih jaman susah dahulu.
Dari tigabelas rekan, tujuh orang saja yang menyepakati untuk menyisihkan sebagian rejekinya untuk modal usaha. Semoga langkah kecil ini menuai kesuksesan di kemudian hari. Ini bukti bakti untuk Kulon Progo.
Menu yang disajikan dapat diterka tak jauh-jauh dari masakan ndeso. Sebut saja sayur lodeh.
Menu yang disajikan dapat diterka tak jauh-jauh dari masakan ndeso. Sebut saja sayur lodeh, trancam, tempe, sayur daun pepaya, dan ayam goreng. Sementara minumannya teh, kopi, wedang secang, wedang uwuh, es kelapa muda, dan aneka minuman lain.
Biarlah menunya ndeso, namun bukankah semua orang kangen akan ndeso dimana ia dilahirkan? Selamat mencoba The Thiwul Cafe atau Kopi Thiwul 87. (*)