Ki Geter Menggeterkan Perayaan HUT Kulon Progo di Taman Mini

oleh -393 Dilihat
oleh

Sabtu malam, 21 Oktober 2023, Perantau Kulon Progo menggelar wayangan semalam suntuk. Diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Paguyuban Perantau Kulon Progo (Bakor PKP), wayangan menghadirkan Ki Geter Pramuji Widodo.

Lakon dramatis, Aswatama Nglandak, dimainkan dengan iringan para pengrawit diklat karawitan Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta, TMII. Ada lima pesinden yang ikut menyemarakan puncak HUT Kulon Progo di Jabodetabek ini.

“Matur nuwun atas rawuh panjenangan sedoyo. Ini kegiatan yang sangat ngangeni bagi perantau Kulon Progo. Juga menjadi ajang silaturahmi, sekaligus ikut menyukuri ulangtahun kabupaten Kulon Progo kaping 72,” kata Ki Bagas Giyanto, dalang senior Kulon Progo yang menjadi Ketua Panitia Wayangan.

Pak Bagas juga menerangkan secara panjang, makna wayang dan lakon-lakonnya. Juga gending-gending mocopat yang menyimpan simbol sangat dalam, tentang fase-fase hidup manusia dari lahir hingga meninggal.

Pada kesempatan itu, secara khusus Pak Bagas juga menyampaikan ketimakasih kepada Badan Pengubung Daerah (Banhubda) DIY, yang telah memfasilitasi wayangan melalui Dana Keistimewaan Jogjakarta.

Makna wayangan, juga disampaikan oleh Plt Kundho Kabudayan, Jazil Ambar Was’an mewakili Plt Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indryanti. Saat acara dibuka dengan panembromo anggota senior Bakor PKP, Pak Ambar juga langsung ikut nembang. “Ini tradisi bagus, di Kulon Progo juga selalu diadakan acara mocopatan secara periodik,” ungkapnya.

Saat membacakan sambutan Plt Bupati Kulon Progo, Pak Ambar juga menyampaikan apresiasi atas partisipasi perantau Kulon Progo dalam memperingati ulangtahun Kabupaten Kulon Progo. “Termasuk dalam lomba logo HUT Kulon Progo ke-72 serta acara Gowestprog yang meriah,” ungkapnya.

Ulangtahun Kulon Progo kali ini, mengambil tema Manunggal Karso, Nawung Krido, Anggayuh Mulyo. “Bisa dimaknai sebagai penyatuan tekad dalam melaksanakan tugas yang bersungguh-sungguh, untuk memetik kemuliaan,” jelas Plt Kundho Kabudayan Kulon Progo.

Selain Pak Ambar yang langsung rawuh dari Kulon Progo, hadir juga Kepala Badan Penghubung Daerah (Banhubda) DIY, juga hadir bersama jajarannya.

Wayangan ini semakin lengkap karena  dirawuhi pula oleh ketua-ketua paguyuban di semua kabupaten di lingkungan Provinsi DIY itu, berjalan lancar, sukses, dan meriah. Ki Geter mampu mengetarkan panggung, lewat lakon sakral dalam episode miris, di akhir perang Baratayuda.

Lakon Aswatama Nglandak, seperti memberi pesan kehati-hatian, untuk siapa saja dalam upaya nyawiji dalam kebersamaan yang guyup. Perang besar Baratayuda yang dimenangkan oleh para Pandawa, rupanya bukan akhir dari cerita yang berhias kebahagiaan. Sebab, masih ada sisa-sisa bala Kurawa yang mengumbar amarah dalam kesumat yang membara.

“Lakon ini sangat nggegirisi. Ngeri jika kita lenggah. Aswatama yang menghilang dari perang Baratayuda, ternyata muncul lagi, membunuh banyak korban. Mulai dari Srikandi, Sencaki, dan banyak kerabat Pandawa yang binasa,: ungkap Mbah Yatno, Wakil Ketua Umum Bidang Sosial Budaya Bakor PKP, tentang lakon Aswatama Nglandak.(kib) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.