LARUNG PUSAKA (pemahaman keliru tentang keluhuran budaya bangsa)

oleh -460 Dilihat
oleh

Beberapa waktu ini di wilayah Jawa Tengah, khususnya di Kebumen sedang ramai diberitakan  penemuan sejumlah benda-benda berbentuk keris, trisula, Pataka, tombak bahkan ada yang berbentuk gada di wilayah Pantai Manganti, Kebumen.

Oleh : Ki R. Setyo Budi
Ketua Umum Perkumpulan Brajabumi

Besar kemungkinan benda-benda ini dibuang atau dilarung oleh pemiliknya dengan maksud ditenggelamkan di laut. Namun karena kondisinya banyak bebatuan dan air laut pasang dan surut, ketika air surut maka benda benda ini nampak berserakan dibebatuan bersama dengan sampah sampah yang menumpuk.

Seluruh benda yang menurut warga dianggap pusaka ini berjumlah 16 unit, dan untuk yang berjenis Keris masih lengkap dengan Warangka nya.

Berbagai pendapat dan animo masyarakat tentang penemuan benda beda tersebut sangat beragam. Ada yang berpendapat itu pusaka sengaja dibuang oleh pemiliknya karena tidak sanggup merawat, ada yang berpendapat itu pusaka penguasa ratu selatan yang sengaja diberikan ke masyarakat bahkan ada yang berpendapat itu sengaja dilakukkan untuk memviralkan pantai Manganti kembali agar terjadi lonjakan pengunjung ke wisata Pantai Menganti yang karena dampak adanya Covid 19 pengunjungnya menurun.

Apapun alasan atau maksud dan tujuan dari melarung jenis jenis benda pusaka, saya pribadi dan dari organisasi pelestari benda pusaka Perkumpulan Tosan Aji Brajabumi sangat prihatin dan sangat tidak sependapat dengan tindakan tersebut.

Di era moderenisasi seperti sekarang ini sudah semestinya kita untuk bisa lebih bijak mensikapi adanya benda benda pusaka yang merupakan warisan luhur bangsa. Bila kita tidak berkenan merawat setidaknya kita jangan sampai mensia-siakan, apalagi sampai merusak atau melarung.

Ada bebarapa alasan mendasar  perlu saya sampaikan, bahwa tindakan larungan pusaka adalah pemahaman yang keliru :

  1. Pusaka, dari awal proses pembuatan hingga setelah berbentuk jenis pusaka tertentu, dipastikan diniatkan untuk hal kebaikan, hal ini dikuatkan dengan doa doa kebajikan yang dibacakan oleh empu pembuat pusaka. Empu adalah orang yang sudah mampu melewati tahapan pengendalian diri yang kuat, hidupnya sepenuhnya diabdikan untuk kebajikan melalui hasil karya pusaka yang dihasilkan. Dan hanya pusaka terbaik yang akan empu keluarkan. Karena jenis pusaka yang gagal dalam proses pembuatan dipastikan akan dilebur kembali.
  2. Secara keyakinan, apabila kita memandang ada pusaka yang harus dilarung, itu menunjukan bahwa keyakinan pusaka tersebut memiliki kekuatan super yang berkonotasi buruk sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari kekuatan Dzat Yang Maha Kuasa. Pemahaman seperti ini secara akidah jelas keliru. Karena agama manapun atau aliran kepercayaan manapun memiliki pendapat bahwa kekuasan dan kekuatan tertinggi itu bukan terletak pada benda pusaka.
  3. Dari sudut pandang ekonomi, benda-benda pusaka juga memiliki nilai ekonomi yang notabene memiliki nilai jual dan perlu diketahui untuk jenis pusaka tertentu dengan bahan dan garap yang bagus benda pusaka tersebut akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan dapat dijadikan investasi.
  4. Mengaburkan sejarah, karena bisa jadi benda pusaka yang dilarung adalah pusaka yang memiliki nilai historis atau memiliki sejarah terkait dengan terjadinya peristiwa pada masa tertentu atau tokoh pahlawan yang pernah hidup dan berjasa pada masanya. Pusaka adalah salah satu bukti fisik yang menguatkan adanya sejarah.
  5. Tidak menghargai karya luhur budaya bangsa. Dengan melarung pusaka, sama halnya dengan tidak pernah menganggap tentang karya luhur yang pernah dihasilkan oleh putra putra terbaik negeri ini yang menekuni profesinya sebagai empu. Padahal kita tahu, peradaban leluhur kita sudah jauh lebih maju dari peradaban lain, utamanya dalam hal seni tempa dan seni logam. Untuk hal ini dunia mengakui, karena ketika dibelahan dunia lain cukup senang dengan seni kulit dan kayu, leluhur Nusantara ini sudah jauh mengenal seni batu dan logam.

Adanya Perkumpulan Tosan Aji Brajabumi, satu diantara maksud dan tujuannya adalah untuk bisa melakukan bantuan perawatan terhadap benda-benda pusaka yang oleh pemiliknya karena alasan satu dan lain hal tidak berkenan merawat. Perkumpulan Brajabumi siap membantu baik menerima untuk dirawat benda-benda pusaka tersebut, atau merawat dwngan benda-benda pusaka tetap ada ditempat si pemilik.

Perkumpulan Brajabumi juga membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berkonsultasi dan bertukar pendapat tentang perawatan pusaka, hingga diharapkan tidak ada pusaka pusaka lain yang dirusak atau apalagi dilarung

Kepada masyarakat luas dapat menghubungi nomor Hp / Wa 0813 1035 2619 untuk dapat diarahkan kepada team Perkumpulan Brajabumi yang khusus melakukan layanan konsultasi pusaka.

Kebumen, 20 Oktober 2021