Liwat Ngglagah, Kelingan ro Pak Gurin

oleh -157 Dilihat
oleh

Tadi sore, saya kembali lewat jalan menuju pantai Glagah. Sepi. Jalanan sudah mulus karena sedang dalam pembangunan Bandara baru. Tapi masih sesempit 30 tahun silam, saat saya, sore-sore nongkrong di bok, foto-foto.

Begitulah. Saat itu, tahun 90an. Kami sudah biasa selfie. Ada Kang Je, Kang Barno, Lek Gawin, dan Pak Gurin. Satu per satu saya ceritakan teman kecil saya itu. Dan, yang pertama ingin saya tulis adalah profil Pak Gurin.

Nama panggilannya memang Gurin. Entah siapa yang memulai memanggil seperti itu. Mungkin Mbahro, tapi mungkin juga Densus. Nama aslinya, tentu lebih bagus dari panggilan itu. Tapi kami, teman-temannya merasa lebih enak memanggilnya Gurin. Sekarang ditambahi pak, karena sudah sama-sama hampir setengah abad usianya. Takut nranyak.

Pak Gurin ini, juga punya panggilan lain, Pak Letnan. Sebab, dulu memang kuliah yang ada pangkat-pangkatan seperti itu. Nyatanya, kawan satu ini, memang pantas menjadi seorang letnan yang memimpin kami semua. Terutama dalam soal kreativitas. Ya, kreativitas.

Di kalangan pemuda Jombokan (sekarang sedang kami populerkan mana baru, Jombokarto) Pak Gurin terkenal banyak ide. Kreatif dan serba bisa. Keahlian utamanya bermain gitar. Itu naluri yang sangat kuat, karena kadang mainya hanya menggunakan perasaan, tapi tetap jadi musik yang enak. Pak Gurin juga pandai membuat gitar. Edannya, gitar itu dibuat dari triplek bekas, entah ngambil punya Pak Jamin atau nemu dari mana.

Terus, yang legendaris darinya adalah saat pentas musik 17an. Kami membuat panggung. Tentu saja Pak Gurin yang jadi bintangnya karena pegang gitar. Pokoke kenangan itu, tak terlupakan. Nanti, akan ada cerita tersendiri soal manggung 17an yang legendaris itu. Tapi saat ini, saya ingin mengenang foto bersama dengan Pak Gurin, Kang Je, Kang Barno, dan Lek Gawin. Sayangnya, saya tidak inframe karena yang moto saya. Ya maklum, waktu itu belum ada tongsis je.(joy)