Hari ini Mbah Amat terburu-buru sowan padepokan Ki Bawang, Membahas hal yang urgent, penting, dan agak gawat. Soalnya keprihatinan yang mendesak. Harus sowan Ki Bawang, soalnya sebagai pendiri padepokan yang madek pandito harus tahu persoalan masyarakat. Harus diberi masukan, harus dikondisikan agar arah pikiran bisa tidak terlalu semeleh.
“Gawat ki, “ lapor Mbah Amat
“Ada apa, to?” tanya Ki Bawang.
“Ini begini, soal anak muda sekarang. Lha kok kalau bicara sama orang tua itu selalu persoalan ekonomi, persoalan kebutuhan mendesak, minta sangu, minta dibelikan paketan internet, minta pulsa, minta ganti motor. Lha komunikasi macam apa ini ki Bawang? Komunikasi antara orangtua dan anak kok hanya soalan begituan. Harusnya kita prihatin to. Padahal harusnya yang muda itu banyak “ngangsu kawruh” kepada yang tua. Masih banyak yang harus ditranformasikan kepada yang muda muda ini.
Lha bagaimana to? kok pemuda kampung kita tidak pada tahu sejarah kampung, sejarah desa, sejarah pendiri desa, cikal bakal, babat alas kampung kita ini.
Lha rak suwe-suwe hilang sejarah desa kita ?! coba tanya anak muda, siapa yang dimakamkan di makam dekat sini, mengapa kok kita selalu punya tradisi unik, ngirim, nyekar, nyadran.
Lho terus kalau mereka yang muda jadi tidak tahu sejarahnya kampung kita, njur mereka mempunyai anak turun dan tidak bisa menyejarahkan kampung kita lalu bagaimana coba?
Harusnya mereka nanya, siapa to ki Jombok, Ki Paku Jati, Ki Soro Kusumo, Ki Pakah? Dan ki..ki.. yang lain. Lha kalau tidak ada yang tanya dan yang tua tidak menjelaskan bisa kabur cerita sejarah kampung kita.
“Lha iyo,” Jawab Ki Bawang
“Lho.. sampeyan itu gimana dijak mikir visi misi ke depan, saya sudah cerita panjang lebar, lha kok situnya penak saja jawab “lha iyo,” tanya Mbah Amat kecewa
“Lha yo bagaimana?”
“Lha yo harus punya solusi to, punya program, punya misi kedepan, punya ide briliyan, jalan keluar…” desak Mbah Amat
“Oh… sampeyan butuh jalan keluar to?” Tanya ki Bawang
“Lha Iya.”
“Gampang saja, itu jalan keluar di depan, pintunya tidak terkunci…” Ki Bawang memberi solusi
“lho kok jalan yang itu?! Critanya saya disuruh pulang to?! Yowis tak pulang…
“Dasar semprul tenan, dijak mikir kok malah iya-iyo wae…”gerutu Mbah Amat sambil melangkah pulang, sambil nyaut cemplon camilan Ki Bawang.(st)