Di kesilaman, daerah ini merupakan gunung api. Namanya, Nglanggran. Adanya di Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Barangkali, orang akan mengenal Nglanggran lewat lagu Banyu Langit milik Didi Kempot yang sangat popular.
Menyisirlah agak ke barat. Atau bergeraklah 40 Km dari kota Jogja, jejak gunung api purba, juga ditemukan di Kulon Progo. Malah, ada empat lokasi yang meninggalkan tapak sejarah gunung berani kuno.
Ketiganya adalah Gunung Ijo (masyarakat lebih mengenal Gunung Kukusan) di wilayah Kapenewon Kokap, Gunung Gajah di wilayah perbatasan Kapenewon Kokap dengan Girimulyo, dan Gunung Menoreh di wilayah Kapenewon Samigaluh.
Gunung api purba di tiga kawasan itu, dikenali secara pasti. Tapi ada satu lagi. Namanya Gunung Mujil, di wilayah Kapenewon Nanggulan. Wilayah ini, patut dicurigai sebagai gunung api purba meski masih dalam tahap penelitian.
Dalam catatan sejarah, tertulis Van Bemmelen yang seorang geolog Belanda, pernah blusukan ke Pegunungan Kulon Progo. Itu tahun 1935. Menurut Van Bemmelen, batuan gunung api yang mendominasi wilayah Kulon Progo berasal dari tiga gunung api purba tersebut.
Pegunungan Kulon Progo dalam istilah Van Bemmelen disebut Oblong Dome. Istilah ini, untuk menerangkan jajaran bangunan tubuh gunung api tua yang membentang dengan arah baratdaya-timurlaut. Panjangnya mencapai ±32 km dan lebar ±20 km. Hasil penelitiannya menjadi bagian dari bukunya yang berjudul Geology of Indonesia yang terbit pada tahun 1949.
Meskipun keberadaannya pada waktu yang berbeda, namun ketiganya aktif pada zaman yang sama yaitu Zaman Tersier, lebih dari 1,8 juta tahun yang lalu. Penamaan pegunungan (perbukitan) menoreh mengacu pada Gunung Api Menoreh yang aktif terakhir kalinya.
Saat ini, tiga tempat yang dulunya merupakan gunung api purba Kulon Progo itu, sudah menjadi tempat wisata alam. Banyak yang datang, tapi sekadar ingin menikmati pemandangan, udara sejuk, dan foto-foto. Informasi soal gunung api purba, nyaris tak mengemuka.
Dengan adanya Yogyakarta International Airport, Kabupaten Kulon Progo mendapatkan tantangan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan perekonomian daerah. Dampak yang nantinya banyak dirasakan dari pembangunan bandara adalah sektor pariwisata, mulai dari tempat wisata, penginapan, kuliner, aneka oleh-oleh, pertunjukan budaya dan kesenian. Sektor pariwisata harus mempunyai strategi matang agar siap dengan segala efek pembangunan bandara.
Pemda Kabupaten Kulon Progo sendiri telah mengeluarkan kebijakan untuk mewujudkan kawasan pariwisata, yang dituangkan dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 – 2032 (Pasal 66 Ayat &).
Ada 8 butir kebijakan pengembangan kawasan pariwisata Kulon Progo, yaitu antara lain menetapkan kawasan unggulan, andalan dan potensial pengembangan pariwisata (butir 2). Selain itu, meningkatkan akses menuju obyek wisata (butir 3), dan meningkatkan fasilitas pendukung obyek wisata (butir 4).
Untuk lebih menarik, dalam paket wisata gunung api purba di Kulon Progo diselipkan unsur-unsur edukasi. Wisatawan tidak hanya menikmati udara sejuk dan keindahan pemandangannya sehingga bagus untuk berselfi, akan tetapi ada unsur ilmu pengetahuan yang bisa diedukasi kepada wisatawan.
Bentang alam Gunung Ijo yang memperlihatkan bukit terisolir, dilingkupi oleh gawir melengkung dan membuka ke suatu arah tertentu dapat diinterpretasikan sebagai erupsi dahsyat gunung api.
Komposisi batuan yang berbeda memberikan indikasi terjadinya evolusi gunung api di daerah ini, sedangkan komposisi batuan yang dihasilkan juga mencerminkan perilaku erupsi gunung api apakah meleleh atau meletus. Ini sekedar contoh edukasi tentang gunung api purba.
Memang tidak mudah menyiapkan materi edukasi yang bersifat ilmiah dikemas menjadi bahasa populer yang mudah dipahami oleh wisatawan awam. Namun jangan khawatir, Pemda Kulon Progo bisa menggandeng perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta seperti Prodi Geologi Universitas Gadjah Mada. (*)