Mengenal Sukamta-1:  dari Tanah Laut untuk Kulon Progo

oleh -375 Dilihat
oleh

Tokoh-tokoh Kulon Progo yang bersiap maju di Pilkada 2024, sudah bermunculan. Banyak nama baru, oleh sebab, karirnya lebih banyak dihabiskan di luar wilayah Kabupaten Kulon Progo. Salah satunya adalah Sukamta.

“Dalem namung pengin berbakti kagem tanah kelahiran. Menawi dipun amanahi. Dene mboten inggih mboten menopo menopo,” ungkapnya.

Langkah Sukamta menjadi calon bupati Kulon Progo, sudah panjang, selain menimba pengalaman sebagai Bupati Tanah Laut Kalimantan Selatan, ia juga sudah mulai mendekati sejumlah partai. Saat ini, Sukamta juga masuk penjaringan Partai Gerinda dan Partai Golkar.

“Tentu mangke wonten survey. Sinten ingkang dipun kersakaken masyasarakat,” tegasnya tentang peta persaingan dengan calon-calon lain yang juga masuk penjaringan beberapa partai besar di Kulon Progo.

Lalu siapa Sukamta itu? Berikut ini profil pria kelahiran Dusun Semen, Desa Sukoreno, Kapenewon Sentolo, yang dimuat di buku kumpulan biografi tokoh Kulon Progo berjudul Menoreh Kiprah edisi pertama. Tulisan tentang Sukamta akan dimuat dalam beberapa edisi secara bersambung.

***

Hari itu, ia masih sangat ingat, menjadi hari paling bersejarah dalam hidupnya: 9 Oktober 1982.

Meninggalkan tanah kelahirannya , Dusun Semen, Desa Sukoreno, Kapenewon Sentolo, Kulon Progo, Sukamta memulai babak baru kehidupannya. Tanggal 9 Oktober 1982 itu, ia memutuskan hijrah, meninggalkan cita-citanya menjadi guru, seperti pamannya yang ia lihat hidup enak.

Tak jadi mendaftarkan diri di IKIP Karangmalang Jogja, Sukamta terayu oleh bujukan sang paman. Paman yang menjadi idola sekaligus pemantik cita-citanya menjadi guru. Tapi justru guru SMA 2 Banjarbaru itu pula, yang mematahkan mimpi-mimpinya tampil sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Janji baru datang. Pamannya menawari masuk kuliah yang lebih enak, karena jadi guru dianggap terlalu standar. Apalagi, di keluarganya juga sudah banyak yang berprofesi sebagai guru.

Dr Sugeng Riyanta SH, MH bersama 25 tokoh Kulon Progo tercata dalam buku biografi berjudul Menoreh Kiprah.

Dipanggil ke Kalimantan, Sukamta dijanjikan masuk Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Banjarbaru. Kuliah di sini, memang lebih menarik, bagi yang tidak memiliki banyak uang. Sebab, kuliah gratis, ikatan dinas, dan langsung bekerja setelah lulus.

Jadilah hari itu, ia berangkat. Mengantongi semangat, serta harapan memiliki masa depan. Tidak peduli, itulah untuk pertama kalinya, Sukamta meninggalkan kampung halamannya. Pergi sangat jauh, bahkan sampai menyeberangi pulau Jawa.

Seorang diri, ia menuju Banjarbaru. Orangtuanya, Pak Suharto dan Mbok Sugiyem, tidak mungkin mengantar, karena bukan hanya tidak tahu apa-apa tentang Kalimantan, tapi juga oleh sebab uangnya hanya cukup untuk bekal Sukamta.

Rute yang ditempuh, adalah menuju Surabaya. Dari Tuksono, Sentolo, memilih menggunakan travel, agar lebih mudah. Kemudian naik pesawat. Pamannya, berjanji akan menjemput di Bandara Syamsudin Noor.

Hanya karena tekadnya yang sudah bulat. Madep, mantep, karep, sehingga semua rasa takut, hilang. Ia tak peduli, hari itu, ia mengawali sejarah dengan serba pertama kalinya: pertama kali meninggaklan kampung halaman, pertama kali, pergi jauh, pertama kali naik pesawat.

Hingga hari ini, setelah berlalu 39 tahun, Sukamta masih ingat beteul, saat itu yang dinaiki adalah maskapai Bouraq. Ia membawa uang hampir 75 ribu rupiah. Rp 39 ribu untuk beli tiket Surabaya-Banjarmasin. Rp 30 ribu lagi untuk bekal perjalanan. Toh, di Kalimantan sudah langsung bertemu dengan pamannya. Jadi uangnya akan cukup.(bersambung)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.