Berawal dari tugas yang diberikan kepada Sugriwa Subali untuk menyelamatkan Dewi Tara, putri Dewa Indra yang diculik oleh Mahesasura dan Lembusura. Untuk menghadapi Mahesasura dan Lembusura yang dikenal sakti, para dewa pun memberikan Aji Pancasona pada Subali. Kakak beradik wanara itu pun kemudian berangkat ke Kiskendo, yang menjadi kerajaan Mahesasura dan Lembusura. Karena hanya Subali yang memiliki kesaktian Aji Pancasona, ia pun menyuruh adiknya Sugriwa untuk menunggu di luar. Subali berpesan kepada adiknya, jika yang mengalir keluar adalah darah merah, maka Subali telah mengalahkan musuh-musuhnya, namun jika yang mengalir keluar adalah darah putih maka Subali telah dikalahkan dan Sugriwa harus menutup pintu dengan batu.
Penggalan kisah sendratari Subali Sugriwa yang merupakan bagian dari epos Ramayana karya Walmiki. Sendratari kolosal dalam durasi 1 jam tersebut hanya dimainkan sebulan sekali, pada siang hari di area obyek wisata Gua Kiskendo, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah istimewa Yogyakarta
Gua Kiskendo adalah ikon pariwisata Gua di Kulon Progo, yang sudah dikenal sebelum tahun 60 an. Gua Kiskendo hanyalah salah satu dari banyaknya Gua yang sebagian sudah dikelola oleh pemerintah daerah untuk obyek wisata. Pada tahun 70 an Gua Kiskendo sudah sering dikunjungi oleh wisatawan lokal.
Belum adanya akses jalan yang baik, tidak adanya transportasi umum pada waktu itu, wisatawan lokal yang ingin kesana harus berjalan kaki. Menurut cerita, biasanya berangkat sebelum subuh agar supaya pagi sudah sampai di lokasi, kemudian siangnya balik lagi hingga sampai rumah sebelum malam hari.
Seberapa potensi Gua di Kulon Progo? Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon progo, setidaknya ada 14 buah gua yang sudah ditemukan dan tersebar di 6 kapanewon, yaitu: Kapanewon Girimulyo 4 buah, Kapanewon Samigaluh 2 buah, Kapanewon Kalibawang 3 buah, Kapanewon Pengasih 3 buah, Kapanewon Kokap 1 buah, dan Kapanewon Panjatan 1 buah. Daya tarik wisata gua terletak pada ornamen dan keindahan gua, keindahan alam yang tidak ditemukan di alam terbuka.
Bagaimana Gua bisa terbentuk? Ada 3 persyaratan yang harus dipenuhi oleh alam untuk terbentuknya gua, yaitu: (1) merupakan batuan kapur yang mudah larut dan banyak mengandung celah atau rongga. (2) lokasinya pada posisi lebih tinggi dibandingkan dengan sekitarnya, sehingga sirkulasi air dibawah tanah berjalan dengan baik. (3) berada pada wilayah yang memiliki curah hujan tinggi, dimana air hujan berfungsi sebagai pelarut. Apabila 3 persyaratan tersebut terpenuhi maka gua akan terbentuk dan berkembang dengan baik, sebalikanya apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka Gua yang terbentuk tidak berkembang baik.
Dalam Peta Geologi Kulon Progo, satuan batuan (disebut formasi) yang potensial terbentuknya Gua yaitu Formasi Jonggrangan (warna hijau) dan Formasi Sentolo (warna kuning). Formasi Jonggrangan memiliki potensi yang lebih baik, sehingga menghasilkan Gua yang lebih sempurna.
Formasi Jonggrangan ini ada di wilayah Kapanewon Girimulyo, dan Sebagian kecil di Kapanewon Samigaluh dan Kapanewon Kalibawang. Gua yang terbentuk pada Formasi Jonggrangan yaitu Gua Kiskendo, Gua Kidang Kencono, dan Gua Seplawan yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Purworejo. Formasi Jonggrangan memiliki luas 1.484,12 hektar. Boleh jadi, masih ada Gua lain pada Formasi Jonggrangan yang belum ditemukan, karena pada dasarnya Gua ada di bawah .
Sedangkan Formasi Sentolo (warna kuning) menempati wilayah perbukitan rendah bagian selatan dan timur perbukitan Menoreh, mulai dari Kapanewon Temon di sebelah barat hingga Kapanewon Sentolo di sebelah timur. Contoh gua yang terbentuk pada Formasi Sentolo adalah Gua Kebon di Kapanewon Panjatan dan Gua Selarong yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Bantul.
Tujuan dari pementasan sendratari di area wisata Gua Kiskendo adalah sebagai bumbu agar para wisatawan lebih tertarik datang ke Gua Kiskendo.
Tanpa disadari para wisatawan seolah dibawa ke masa lalu untuk membayangkan peristiwa dalam cerita tersebut. Apakah Epos Ramayana merupakan cerita nyata atau cerita fiksi waullahu alam, boleh jadi hanya sebuah legenda atau mitos yang belum tentu benar. Lagi pula kisah sendratari Subali Sugriwa yang merupakan bagian dari epos Ramayana merupakan karya Walmiki seorang Resi dari India.
Bagaimana mengembangkan wisata Gua? Wisata Gua seyogyanya tidak hanya menikmati keindahan ornament gua, namun perlu adanya edukasi yang diberikan kepada pengunjung. Bagaimana terbentuknya Gua, mengapa ada ornament Gua (stalagtite dan stalagmite), mengapa ada sungai dan telaga di bawah tanah, mengapa terjadi sinkhole (depresi) dan uvala (atap sungai rubuh).
Terkadang di dalam Gua dijumpai tiang batu, tebing seperti tirai, teras travertine, dan ada pula batu permata (geode) dari mineral kuarsa, kalsit, fluorit. Semua keterangan tersebut dikemas dalam bahasa populer yang mudah dimengerti oleh wisatawan awam. Informasi tersebut bisa disajikan dalam brosur, dibuat dalam bentuk panel, maupun disampaikan langsung oleh pemandu wisata.
Pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo telah mencanangkan proyek pembangunan jalur jalan Bedah Menoreh yang dimulai pada tahun 2020 untuk tahap pembebasan lahan dan konstruksi. Infrastruktur tersebut diharapkan rampung pada 2025 sebagai pendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur.
Jalur ini akan menghubungkan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dengan KSPN Borobudur. Jalur jalan Bedah Menoreh akan menghubungkan bandara YIA di Temon dengan Borobudur melalui rute Temon-Kokap-Girimulyo-Samigaluh-Kalibawang-Borobudur (Jawa Tengah). Dengan adanya jalur jalan Bedah Menoreh diharapkan akan lebih menggairahkan sektor pariwisata di Kulon Progo khususnya pariwisata Gua yang lokasinya dilewati oleh jalur jalan tersebut. (*)