Menyongsong Festival Puisi Esai Jakarta 2024

oleh -50 Dilihat

Oleh :  Nia Samsihono

Anaïs Nin: “We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.”
(Kita menulis untuk merasakan hidup dua kali, saat ini dan saat mengenangnya.)

Anaïs Nin nama lengkapnya Angels Anais Juana Antolina Rosa Edelmira Nin y Culmell lahir 21 Februari 1903, Neuilly, Prancis—meninggal 14 Januari 1977, Los Angeles, California, AS) adalah seorang penulis novel dan cerita pendek. Nin menghabiskan masa kecilnya di Spanyol dan Kuba, sekitar enam belas tahun di Paris (1924–1940), dan sisa separuh hidupnya di Amerika Serikat, tempat ia menjadi penulis mapan.

Kata-katanya sangat menyentuh, bahwa apa yang kita tuliskan akan menjadi dokumen atau pun menjadi kenangan tentang diri kita.

Tulisan saya ini dalam rangka menyambut Festival Puisi Esai Jakarta ke-2, tahun 2024.

Menurut Denny JA akan diluncurkan total sekitar 39 buku puisi esai yang terbit di Indonesia dan luar negeri. Sangat menarik, ternyata puisi esai juga ditulis oleh generasi milenial dan gen Z. Tentu saja keberhasilan puisi esai banyak yang menentang. Mengapa orang-orang itu menentang, mengecam, dan memandang sinis orang-orang yang menulis puisi esai. Memang tidak boleh?

Menulis puisi esai tentu saja boleh, bahkan sangat dianjurkan karena genre ini menggabungkan keindahan bahasa puisi dengan kedalaman analisis esai, menciptakan karya yang estetis sekaligus informatif. Dalam puisi esai, penulis bisa menggabungkan emosi yang tajam dengan analisis atau refleksi yang mendalam. Ini membuat pesan lebih berdaya karena dapat menyentuh perasaan pembaca sambil tetap memberikan wawasan atau pandangan baru.

Ketika menulis puisi esai, penulis ditantang untuk berpikir kritis tentang isu atau tema yang diangkat, sambil mengekspresikannya melalui bahasa yang indah. Hal ini melatih kreativitas sekaligus kemampuan analisis, yang penting untuk mengasah kepekaan dan intelektualitas.

Puisi esai menggabungkan unsur sastra dan fakta, membuatnya dapat dinikmati oleh pecinta puisi maupun pembaca yang mencari informasi mendalam. Genre ini memikat mereka yang tertarik dengan keindahan kata sekaligus substansi dari sebuah isu atau tema. Dalam puisi esai, isu-isu sosial atau peristiwa nyata bisa dibahas melalui perspektif yang lebih intim dan puitis. Ini memberi ruang bagi penulis untuk menyampaikan kritik atau perenungan sosial tanpa terjebak dalam batasan bentuk esai tradisional.

Dengan puisi esai, penulis dapat menggambarkan sesuatu dari sudut pandang yang mungkin belum pernah terpikirkan. Cara ini membantu pembaca memahami isu secara lebih emosional dan personal, yang dapat mendorong empati dan kepedulian terhadap tema yang diangkat. Secara keseluruhan, menulis puisi esai memberi kesempatan bagi penulis untuk mengasah kreativitas dan wawasan, sekaligus menyampaikan pesan dengan cara yang unik dan mendalam.

Puisi esai adalah bentuk penulisan yang menggabungkan elemen naratif dan reflektif dari esai dengan keindahan bahasa dan kedalaman emosi puisi. Dalam bentuk ini, kita bisa menjelajahi topik yang lebih luas dan kompleks, mengungkapkan opini atau refleksi tentang kehidupan, sosial, budaya, atau bahkan isu-isu politik dengan gaya yang lebih personal dan penuh metafora. Di dalam puisi esai ada ciri yang spesifik, yaitu catatan kaki.

Kelebihan menulis puisi esai adalah fleksibilitasnya dalam menggabungkan catatan kaki, deskripsi, dialog, dan argumentasi dengan elemen puisi seperti irama, rima, dan gaya bahasa puitis. Bentuk ini membuka peluang bagi penulis untuk menyampaikan gagasan yang mungkin sulit diungkapkan dalam prosa biasa atau dalam puisi biasa, karena dapat lebih naratif dan analitis.

Namun, tantangan utamanya adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara estetika puisi dan kedalaman argumen esai. Jika terlalu mirip dengan esai biasa, mungkin kehilangan keindahan puitiknya; sebaliknya, jika terlalu berfokus pada elemen puisi, bisa jadi substansi esai tidak tersampaikan dengan jelas. Tentu saja adanya catatan kaki telah menjadi faktor penentu alur puisi yang akan ditulis. Pada akhirnya, menulis puisi esai adalah tentang bagaimana menggabungkan bentuk yang berbeda untuk menciptakan suatu karya yang kaya makna. Tidak ada yang salah dalam memilih bentuk ini, asalkan penulis mampu mengolahnya dengan baik agar tetap menarik sekaligus menyentuh pembaca.

Puisi esai sering kali menuntut adanya catatan kaki karena genre ini tidak hanya menyajikan keindahan bahasa, tetapi juga mengandung unsur penelitian atau rujukan yang memperkuat isi atau konteksnya. Catatan kaki membantu pembaca memahami referensi sejarah, budaya, atau sosial yang mungkin kurang jelas dalam teks utama.

Dengan demikian, puisi esai menjadi lebih kaya karena memberikan latar yang mendalam dan akurat untuk elemen-elemen puitisnya. Namun, ada beberapa alasan mengapa orang bisa kontra dengan puisi esai. Pertama, sebagian pembaca atau penyair mungkin merasa bahwa penyertaan fakta atau data ilmiah dalam puisi mengurangi esensi “murni” puisi sebagai ekspresi estetis yang bebas dari kewajiban akademis. Kedua, penulisan puisi esai yang terlalu berat dengan informasi dapat dianggap menghambat keindahan spontan dari sebuah puisi, membuatnya cenderung kaku dan “terbatas.” Selain itu, ada yang merasa bahwa adanya catatan kaki membuat puisi esai terlalu “menggurui” atau mengarahkan pembaca pada penafsiran tertentu.

Apakah puisi esai puitif? Ini tergantung dari bagaimana elemen-elemen puitis dikembangkan oleh penulisnya. Jika puisi esai mampu mengolah unsur estetika seperti metafora, ironi, dan diksi yang indah, maka ia tetap memiliki nilai puitif. Namun, jika terlalu kaku dalam mengejar fakta, puisi esai bisa kehilangan sentuhan emosional atau estetik yang membuat puisi menyentuh hati pembaca. Singkatnya, puisi esai bisa tetap puitif selama fakta dan estetika berimbang dalam penyajiannya.

Denny JA sebagai orang yang pertama membuat genre puisi esai ini mengatakan bahwa “menulis puisi esai tidak harus seorang penyair, yang bukan penyair pun bisa.” Namun, untuk menjadi karya puisi esai yang puitif dan informatif perlu bagi seorang penulis puisi esai untuk mengerti, mengenal, bahkan memahami materi tentang apa itu puisi dan apa itu fakta. Oleh karena fakta yang monumental atau fakta yang sedang viral menjadi kunci utama puisi esai itu dituliskan.

Selain itu, penguasaan tentang berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan bahan atau materi yang akan ditulis menjadi puisi esai sangat diperlukan oleh penulis. Tentu saja para penulis esai akan taat pada kaidah penulisan yang telah ada pedomannya. Sehingga puisi esai yang tercipta itu akan layak disebut sebagai puisi esai. Contoh puisi esai yang layak, yaitu “Saputangan Fan Ying” karya Denny JA, atau Seri Puisi Esai Indonesia: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul: “Di Balik Lipatan Waktu” yang di dalamnya terdapat tulisan dari Ana Ratri Wahyuni yang bercerita tentang fakta buruh gendong di pasar Beringharjo, lalu Dhenok Kristianti juga bercerita tentang fakta kehidupan anak kos di Yogyakarta, lalu Mas Ghentong Haryono bercerita tentang penambang pasir gunung Merapi, dan Mas Isti Nugroho, Listyaning Aryanti (alm), serta Otto Sukatno CR (alm) juga bercerita tentang kehidupan masyarakat yang layak kita ketahui dan kita renungkan. Karya-karya mereka dalam puisi esai perlu diteladani. Hampir setiap provinsi ada penulis puisi esai yang mengangkat tema-tema viral di wilayahnya yang patut kita baca. Bulan Desember nanti akan dirayakan Hari Puisi Esai. Selamat Hari Puisi Esai 2024.

(Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta)