Ngayahi Kepedulian Sosial: Semogalah, Ini Lelah yang Membawa Berkah

oleh -324 Dilihat
oleh
Foto bersama Tim Sahabat Ngopi-Sedulur NKS dengan warga Krengseng, Hargorejo, usai pembagian Sembako.

Sepanjang hari kemarin, saya harus berkendara dalam satu hari penuh, plus setengah malam. Jadi, berangkat dari kota Wates jam 09.12 WIB (jangan maidho loh, saya catat betul jam kami berangkat, jam sembilan lewat 12 menit). Lalu, baru sampai rumah setelah tengah malam.

Catatan Tim Sahabat Ngopi
Langsung dari Krengseng, Hargorejo

Lelah? Yo iyalah. Tapi demi Ngayahi Kepedulian Sosial, semogalah ini lelah yang membawa berkah. Alhamdulillah, Bhaksos yang digelar Sedulur NKS dan Sahabat Ngopi, berjalan lancar. Semua sumringah. Juga para dermawan yang menyisihkan rezekinya untuk dibagi-bagi di Kulon Progo.

Hari itu, tanggal 1 Mei 2021. Sabtu sore, sudah dekat-dekat berbuka puasa. Kami menikung ke kanan, setelah melewati rel kereta di utara Pasar Cikli. Memanjat jalan sebentar, begitu belok kanan di depan Kalurahan Hargorejo, jalan mulai menyempit. Beruntung, aspalnya masih sangat bagus.

Pembagian Sembako dengan standar Prokes: tanpa kerumunan, jaga jarak, pakai masker.

Terus memanjat, mobil kesayangan om Heri Rudi tangguh juga, meski transmisi matik. Sudah sejak berangkat, kemudian sampai Kulon Progo Sabtu pagi dan dipaksa menyusuri punggung gunung di perbukitan Menoreh dari arah Dekso, kemudian Sabtu sore, mobil sungguh tangguh. Dan, Mas Tomo adalah pengendara yang tak kalah tangguh.

Meninggalkan Kalurahan Hargorejo, lalu melewati gapura Kliripan, mobil berhenti. Mbah Yatno tidak yakin dengan jalan yang sudah dilewat. Ia memang selalu risau dengan urusan jalan yang benar. Tokoh KPDJ ini, memilih turun dan meminta bantuan warga untuk menunjukan arah yang benar.

Sudah. Jalan kembali meninggi. Tapi belum begitu jauh, mobil menukik ke kanan, ke jalanan yang lebih sempit. Petunjuk Ibu Dukuh (ini istri Pak Dukuh yang gapyak) adalah menyusuri jalan cor blok, lalu ada pos ronda bentuk gazebo di sisi kanan. Jadilah, Mbah Yatno turun lagi. Bertanya lagi. Dan, memang salah jalan.

Foto bersama: Mbah Yatno Alimonsa, Pak Tomo alias Mas Tomi, Pak Dukuh Nganjir, Pak Mulyono, Pak Dukuh Krengseng, dan Hirwan.

Hari makin mendekat ke bedug magrib, membuat kami mulai cemas, karena belum ketemu tanda-tanda akan sampai di PAUD Krengseng. Setelah salah jalan dan bertanya untuk ketiga kalinya, baru, terlihat ada plang kecil, pendek, berwarna hijau tua. Tertulis di sana, PAUD Krengseng dan rumah Pak Dukuh.

Sudah sampai. Di PAUD Pedukuhan Krengseng sudah ada beberapa konco. Lalu, Pak Dukuh datang menghampiri. Tidak lama, semua sudah lengkap, tinggal menunggu beberapa orang. Pak Mulyono, tokoh Kulon Progo sekaligus Wakil Bupati periode 2006-2011, juga sudah rawuh.

Masih ada waktu koordinasi, Mas Tomi mendekati. Berbisik, kalimatnya membuat merinding. “Siapa sangka ya, kita bisa sampai di tempat seperti ini. Tak terbayangkan, bisa ikut meringankan sedulur-sedulur di sini,” katanya.

Mas Tomi menyerahkan Sembako dari para dermawan Sahabat Ngopi dan Sedulur NKS.

Saya memang merinding, tiba-tiba. Sebab, sudah sejak memanjat punggung jalan di dekat Penggung, Mas Tomi sudah beberapa kali menarik nafas panjang. Melihat kiri-kanan jalan yang berisi belukar, pohon-pohon besar, atau tanah yang berbatu, ia tak pernah membayangkan akan masuk ke Krengseng.

Puluhan tahun tinggal di Kulon Progo, sebelum akhirnya hijrah ke Jakarta, baru sekali itu, katanya, mblusuk-mblusuk ke Hargorejo. Entah apa yang berkecamuk di batinnya, tapi terdengar beberapa kali tarikan nafasnya cukup berat.

“Ini berkah silaturahmi kita semua,” akhirnya, kalimat itu meluncur saat Mas Tomo yang alumni STM Negeri Wates, mewakili tim dan para dermawan pembagian Sembako sore itu, menyampaikan pengantar.

Ada beberapa getar saat Sutomo yang di Forum Diskusi Sahabat Ngopi biasa disapa Mas Tomi memberi pengantar. Sepertinya, pengusaha IT ini, trenyuh bisa bersilaturahmi dengan warga di tiga pedukuhan: Krengseng, Nganjir, dan Sindon.

Pak Dukuh Krengseng, membuka Baksos, memperkenalkan para penerima bantuan

Mas Tomi menutup kata pengantarnya. Sekaligus menyudahi acara sambutan-sambutan yang dimulai dari Pak Dukuh dan Pak Mulyono. Setelah itu, pembagian Sembako kepada yang berhak menerima. Tidak semua penerima Sembako yang jumlahnya mencari 70an paket, diberikan secara langsung. Karena memang tidak ingin ada kerumunan. Jadi, hanya beberapa perwakilan, untuk kemudian sisanya diantar ke rumah-rumah penerima.

Dan, akhirnya, Magrib datang, membawa selimut gelap untuk Kawasan Krengseng. Pohon-pohon di depan Gedung Paud, mulai memberi warna yang romantik, meski sesekali terselip mistik. Saya melempar pandangan dua meter dari pagar Paud. Di sana, terlihat pohon bili yang merambati batang jati. Daunnya mulai menguning, pertanda bili di dalam tanah sudah siap dipanen.

Entah karena ada tali batin yang menyambung atau sekadar kebetulan, Mas Tomi yang meriung dengan Pak Mul, Pak Dukuh Nganjir dan Pak Dukuh Krengseng, membicarakan tetang gembili. Makanan jenis umbi-umbian yang mempur bergizi tinggi.

Pembicaraan soal bili terus mengalir, diselingi santapan pembuka buka puasa: tempe benguk, geblek, tempe dele digoreng tepung, serta teh manis-hangat yang sekali-sekalinya itu saya cicipi. Saya memang golongan putih alias pecinta wedang putih. Tapi buka puasa dengan teh manis, kok rasanya enak betul ya. Apalagi bersama-sama masyarakat Krengseng, Sindon, dan Nganjir dalam momentum buka bersama yang guyup penuh spirit silaturahmi.

Sambil nyruput wedang legi, akhirnya saya, juga tersentuh trenyuh. Semogalah, ini benar-benar memberi keberkahan kita semua. Sewu sembah nuwun poro donator. Pak Sumarjono, Mas Tomi, Mbah Yatno, Pak Mudalyono, Om Heri Rudi sak rimbit, Kang Mulyadi, Kang Sugie, konco-konco KPDJ, FBKP, serta warga Hargorejo. Pak Dukuh Nganjir, Pak Dukuh Krengseng, Pak Dukuh Sindon.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.